Ekonomi RI Tumbuh 7% Jadi Mimpi, Asing Kabur Rp 402 M

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
06 November 2019 16:35
Nilai akumulasi jual bersih (net asing) tecatat lebih dari Rp 300 miliar.
Foto: Jokowi (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat melakukan akumulasi beli bersih (net buy) di awal perdagangan, investor asing akhirnya kembali ke luar dari pasar saham domestik pada perdagangan Rabu ini (6/11/2019). Nilai akumulasi jual bersih (net sell) asing tercatat lebih dari Rp 400 miliar di semua pasar.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai net sell asing pada perdagangan hari ini mencapai Rp 401,78 miliar di seluruh pasar, terdiri dari pasar reguler net sell Rp 322,80 miliar dan pasar negosiasi dan tunai Rp 78,99 miliar.

Total nilai transaksi hari ini tercatat mencapai Rp 9,37 triliun, naik tipis di atas rata-rata nilai transaksi harian selama tahun berjalan yang tercatat mencapai Rp 9,36 triliun. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkapar atau turun 0,74% ke level 6.217,55.


Saham-saham yang banyak dilepas investor asing hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 129,79 miliar, membuat harga saham bank dengan aset terbesar ini turun 3,26% ke level Rp 4.160/saham.

Lalu saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dilepas asing senilai Rp 70,38 miliar. Harga saham Telkom turun 1,49% ke level Rp 4.120/saham.

Saham lain yang dilepas asing, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 68,19 miliar. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 42,87 miliar dan saham PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 15,07 miliar.

Rilis angka pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa kemarin tak terlalu kuat menjadi penopang kinerja IHSG hari ini.

Sepanjang kuartal III-2019, BPS mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Capaian tersebut sama persis dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, namun lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg yang hanya sebesar 5%.

Selasa kemarin, respons pelaku pasar saham tanah air terhadap rilis angka pertumbuhan ekonomi sangatlah positif lantaran mereka dibuat lega dengan fakta bahwa perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5%.

Ini artinya, upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong ekonomi tumbuh 7%, sangat sulit tercapai. Sekadar mengingatkan, 7% merupakan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Jokowi kala berkompetisi melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2014.

Upaya untuk mendorong hal tersebut menjadi semakin sulit karena faktor eksternal dan internal terkait dengan perizinan dan birokrasi. Jika tak segera ada perbaikan, bukan tidak mungkin angka pertumbuhan ekonomi akan terus turun.

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, jauh di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,19%. Pada kuartal II-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, sama persis dengan konsensus.

Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.

Pada kuartal III-2019, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.


(hps/tas) Next Article Deretan Saham yang Diborong & Dilepas Asing di Semester I

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular