
Usai Jual Menara, Rugi Indosat Menyusut 82% Jadi Rp 285 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Indosat Tbk (ISAT) pada 9 bulan pertama tahun ini membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perseroan masih menderita rugi bersih Rp 284,59 miliar per September 2019, menyusut 82% dari rugi bersih sebelumnya Rp 1,54 triliun.
Mengacu laporan keuangan per September 2019, rugi bersih yang berhasil ditekan itu terjadi seiring dengan pendapatan perusahaan yang naik pada periode tersebut.
Total pendapatan ISAT naik 12,40% menjadi Rp 18,85 triliun dari sebelumnya Rp 16,77 triliun. Pendapatan terbesar dari bisnis selular naik menjadi Rp 15,08 triliun dari sebelumnya Rp 13,18 triliun.
Adapun pendapatan lainnya dari multimedia, komunikasi data, dan internet (MIDI) naik menjadi Rp 3,25 triliun dari Rp 3,03 triliun, Sementara sisanya dari bisnis telekomunikasi tetap yang turun menjadi Rp 520,35 miliar dari Rp 568,79 miliar pada periode yang sama 2018.
Kendati pendapatan naik, beban ISAT juga masih tinggi dan meningkat. Total beban naik menjadi Rp 17,33 triliun dari Rp 16,59 triliun, terutama dari beban penyelenggaraan jasa, beban penyusutan dan amortisasi, beban pemasaran, dan beban umum administrasi. Namun ada efisiensi dari beberapa beban yakni beban karyawan dan adanya keuntungan seluruh kurs.
Pada Oktober lalu, Chief Strategi & Experience Officer Indosat Ooredoo, Thomas Chevanne, mengatakan perseroan menjual 3.100 menara kepada Grup Sarana Menara dan Telkom.
Hanya saja, meski dijual, perseroan menegaskan masih memiliki 5.000 menara yang bisa dimaksimalkan untuk pengembangan jaringan dan mendukung efektivitas layanan demi pelanggan.
Proses penyelesaian transaksi penjualan 3.100 menara senilai Rp 6,39 triliun itu dilakukan dengan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom, dan ditargetkan rampung akhir tahun.
"Untuk detail belum bisa kami jelaskan sepenuhnya karena transaksi baru akan selesai akhir tahun. Kami masih punya 5.000 menara yang akan kami manage, kami belum ada rencana [jual lagi]," katanya kepada Erwin Surya Brata, dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu pagi (16/10/2019).
Mantan Group Senior Director Commercial Strategy & Partnerships di Ooredoo Group itu menegaskan latar belakang penjualan menara itu karena sebagai bagian dari strategi perusahaan.
Tahun lalu, manajemen sudah mengungkapkan beberapa skema pendanaan baik dari sisi internal kas, pinjaman komersial perbankan, obligasi, dan juga penjualan aset.
"Jadi [penjualan menara] adalah bagian dari strategi keuangan kami dalam hal aset, kami juga bisa gunakan internal, pinjaman bank, bond." Setelah dijual, menara itu akan disewa kembali oleh ISAT (lease back)
Simak strategi ISAT setelah jual menara
(tas/hps) Next Article Laba ISAT 2022 Anjlok 30% Jadi Rp 4T, Padahal Pendapatan Naik
