Internasional

OPEC Turunkan Perkiraan Pertumbuhan Permintaan Minyak Global

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
06 November 2019 07:18
OPEC Turunkan Perkiraan Pertumbuhan Permintaan Minyak Global
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - OPEC telah merevisi turun perkiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak global baik jangka menengah dan jangka panjang, karena kondisi pasar yang sulit dan "sign of stress" dalam ekonomi dunia.

Dalam World Oil Outlook (WOO) tahunan, kelompok produsen yang didominasi Timur Tengah mengatakan, bahwa 12 bulan terakhir merupakan sesuatu yang "menantang" bagi pasar energi.


"Tanda-tanda stres telah muncul dalam ekonomi global, dan prospek pertumbuhan global, setidaknya dalam jangka pendek dan menengah, telah direvisi turun berulang kali selama setahun terakhir," kata OPEC, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (05/11/2019).

Sebagai hasilnya, OPEC telah menurunkan angka perkiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak global, menjadi 104,8 juta barel per hari (b/d) pada 2024, dan 110,6 juta b/d pada 2040.

Kelompok 14 anggota OPEC mengatakan produksi minyak mentah dan cairan lain diprediksi turun lima tahun ke depan, menjadi 32,8 juta b/d pada 2024, dari 35 juta b/d pada 2019.

Pasokan OPEC secara bertahap berkurang dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena dipicu oleh perjanjian dengan Rusia dan anggota non-OPEC lainnya untuk mendukung pasar.

Kelompok itu, yang disebut sebagai OPEC+, diperkirakan akan menahan produksi minyak pada tahun 2020.

"Kami melihat penurunan yang terus terjadi, dari negara non-OPEC, ditopang oleh produksi tight oil (biasa digunakan untuk diesel) dari AS, dan beberapa penurunan di Kanada, Brazil, Norwegia, Kazakstan dan negara non-OPEC lainnya," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo dilansir dari media yang sama.


Laporan itu muncul saat banyak peserta pasar energi semakin khawatir tentang pengurangan pasokan dan permintaan minyak yang tak menentu.

Situasi ini sama dengan situasi 2014 hingga 2016 lalu, di mana ada penurunan dramatis dalam minyak mentah berjangka.

Sejak Oktober 2018, ketika minyak mentah berjangka Brent naik ke puncak di atas US$ 86, patokan internasional telah jatuh hampir 30%.

West Texas Intermediete (WTI) telah jatuh hampir 20% dibandingkan sebelumnya pada periode yang sama. Minyak mentah Brent diperdagangkan pada US$ 62,31 per barel pada Selasa pagi, sementara WTI AS di angka US$ 56,65.

[Gambas:Video CNBC]



WOO menyajikan analisis pasar energi jangka menengah dan jangka panjang, serta proyeksi untuk ekonomi global.

OPEC mengharapkan permintaan minyak terus tumbuh pada "tingkat yang relatif sehat" selama lima tahun ke depan, memprediksi peningkatan 6,1 juta b/d bila dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2018.

Pertumbuhan rata-ratanya akan menjadi sekitar 1 juta b/d selama periode jangka menengah, kata OPEC, dengan permintaan tambahan kemungkinan akan datang, terutama dari negara-negara non-OECD.

Dalam jangka panjang, permintaan minyak dunia diproyeksikan naik sekitar 12 juta b/d, naik dari 98,7 juta b/d pada 2018 menjadi 110,6 juta b/d pada 2040.

India dianggap sebagai negara dengan pertumbuhan permintaan minyak tercepat, dan permintaan tambahan terbesar selama dua dekade berikutnya.

"Di tingkat global, pertumbuhan diperkirakan melambat dari tingkat 1,4 juta b/d pada 2018 menjadi sekitar 0,5 juta b/d menjelang akhir dekade berikutnya," kata OPEC dalam laporan itu.

Sementara itu, sejumlah pengamat menilai peningkatan pasokan akan terjadi.

"Kami melihat peningkatan besar dalam pasokan non-OPEC dalam beberapa bulan ke depan, bukan hanya Amerika Serikat (yang masih terus tumbuh) tetapi kami melihat lonjakan besar dari Brasil dan Norwegia, dan satu atau dua negara lain," kata Neil Atkinson, kepala industri minyak dan divisi pasar di Badan Energi Internasional (IEA), mengatakan kepada CNBC "Squawk Box Europe".

"Sementara itu, pertumbuhan permintaan melambat karena iklim ekonomi yang lebih buruk. Jadi, kami melihat kembalinya surplus besar di awal tahun depan."

Atkinson dari IEA mengatakan OPEC+ harus memutuskan, apakah pengurangan produksi lebih lanjut diperlukan pada awal Desember. Dia menambahkan kelompok itu harus memutuskan dengan pengetahuan bahwa tekanan pada harga "jelas akan turun dibandingkan naik."


WOO mengatakan, minyak menyumbang lebih dari 31% dari permintaan energi global pada tahun 2018, di atas batu bara (27%) dan gas (23%).

Dan, selama 20 tahun ke depan, minyak diperkirakan akan tetap menjadi kontributor terbesar untuk bauran energi, terhitung lebih dari 28%.

Gas alam yang diharapkan menjadi sumber energi terbesar kedua, akan mencapai 25% dari total campuran energi primer pada 2040.

"Permintaan kenaikan gas akan datang terutama dari Asia, dipimpin oleh China dan India, serta Negara-negara Anggota OPEC," tulis laporan OPEC lagi.

OPEC mengatakan penjualan mobil listrik "mendapatkan momentum," meskipun mewakili bagian yang sangat kecil dari armada global saat ini.

Mereka diharapkan menyumbang hampir setengah dari semua mobil baru di negara-negara OECD pada 2040, dengan hampir seperempat dari mereka di China dan lebih dari 26% secara global.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular