Jababeka Cetak Laba Rp 66 M di Q3, Apa Kabar Kisruh Internal?

tahir saleh, CNBC Indonesia
05 November 2019 11:37
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) berhasil mencatatkan kinerja positif dalam 9 bulan pertama tahun.
Foto: Kawasan Industri Jababeka Kendal (dok. jababeka.com)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Di tengah kisruh saling klaim manajemen yang sempat terjadi, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) berhasil mencatatkan kinerja positif dalam 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 dengan laba bersih mencapai Rp 66,06 miliar, membalikkan kerugian bersih yang diderita pada periode yang sama tahun 2018.

Corporate Secretary Jababeka 
Muljadi Suganda mengatakan alasan utama peningkatan ini adalah karena dampak pergerakan selisih kurs selama 9 bulan di 2019 sehingga dibukukan laba selisih kurs sebesar Rp 102 miliar, dibandingkan rugi selisih kurs sebesar Rp 384 miliar yang tercatat pada periode yang sama 2018.

Di sisi lain, sepanjang 9 bulan ini, pendapatan perseroan justru terkoreksi 11% menjadi Rp 1,41 triliun dibandingkan dengan sebelumnya Rp 1,58 triliun.


"Perolehan EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi] selama 3 kuartal 2019 sebesar Rp 450 miliar, sedikit turun dibandingkan dengan Rp 470 miliar pada periode yang sama tahun 2018," kata Muljadi dalam keterangan resmi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (5/11/2019).

Mengacu laporan keuangan KIJA, pendapatan terbesar diperoleh dari pembangkit tenaga listrik yang mencapai Rp 564,49 miliar, meskipun turun dari sebelumnya Rp 774,45 miliar.

Pendapatan terbesar berikutnya dari jasa dan pemeliharaan yang naik menjadi Rp 189,25 miliar dari sebelumnya Rp 179,31 miliar. Adapun pendapatan dari penjualan tanah matang mencapai Rp 169,29 miliar dari sebelumnya Rp 148,47 miliar.


Sementara penjualan rukan dan ruko naik menjadi Rp 107,72 miliar dari Rp 76,14 miliar. Tekanan pendapatan berasal dari pendapatan dry port (pelabuhan darat) yang turun menjadi Rp 158,08 miliar dari Rp 161,64 miliar, pendapatan golf juga turun menjadi Rp 48,59 miliar dari Rp 50,69 miliar dan penjualan tanah dan bangunan pabrik yang turun menjadi Rp 12,34 miliar, dari Rp 80,54 miliar.

Muljadi menegaskan, berdasarkan jadwal pengakuan penjualan hingga akhir tahun 2019, perseroan berharap penjualan pilar real estate dan properti akan menguat pada kuartal ke-4 2019 yang akan mendorong pertumbuhan EBITDA positif bagi perseroan.

Sebelumnya, pada kurun Agustus lalu, terjadi kisruh saling klaim manajemen KIJA. Tapi teka-teki awal mula persoalan pun pelan-pelan terungkap setelah manajemen baru dan manajemen lama, sama-sama menggelar konferensi pers Senin 12 Agustus silam di jam dan lokasi berbeda.

Hingga kini belum ada perkembangan terbaru kisruh ini. Mengacu data laporan keuangan per September, saham perusahaan dipegang oleh Mu'min Ali Gunawan 21,08%, Islamic Development Bank (IDB) 11,83%, Hadi Rahardja (komisaris) 2,80%, Setiawan Mardjuki (direktur) 0,16%, dan investor publik 64,12%.

Kini Direktur Utama KIJA dipimpin Tedjo Budianto Liman. Sebelumnya manajemen baru KIJA di bawah kendali Sugiharto, mantan Menteri BUMN era Oktober 2004 hingga Mei 2007. Sugiharto kala itu terpilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni 2019, yang penunjukannya  diusulkan oleh IDB.


Kisruh KIJA, BEI turun tangan

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/hps) Next Article Meski Ada Kisruh, KIJA Masih Untung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular