Kookmin Kuasai Bukopin, Stanchart & Astra Jual Saham Permata

Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 November 2019 07:45
Kookmin Kuasai Bukopin, Stanchart & Astra Jual Saham Permata
Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan posisi melemah 0,34% ke level 6.207,19 Jumat pekan kemarin. Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru melaju di zona hijau.

Indeks Shanghai naik 0,99%, indeks Hang Seng menguat 0,72%, dan indeks Kospi bertambah 0,8%. Meski demikian, indeks Nikkei turun 0,33% dan indeks Straits Times melemah 0,01%.


Untuk memulai pekan ini, berikut adalah beberapa aksi emiten yang layak disimak untuk dijadikan pertimbangan dalam berinvestasi.


1. Sedang Dimatangkan, Gojek Janji IPO di Indonesia


PT Karya Anak Bangsa, perusahaan teknologi yang dikenal sebagai GoJek Indonesia tengah mematangkan untuk pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Co-Chief Executive PT Karya Anak Bangsa, Andre Soelistyo mengaku pihaknya sudah menyiapkan rencana tersebut.


2. OJK Izinkan Kookmin Kuasai Saham Bukopin Sampai 40%


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa Kookmin Bank asal Korea berminat untuk menjadi pemegang saham mayoritas di PT Bank Bukopin Tbk. Peluang untuk memperbesar kepemilikan Kookmin di Bukopin terbuka pada rencana rights issue yang akan segera digelar.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana mengatakan bahwa Kookmin sedang melakukan tawar menawar dengan pemegang saham eksisting. "(Kookmin) Dia mau jadi mayoritas," ujar Heru, Jumat (1/11/2019).


3. Banyak Peminat, OJK: Stanchart & Astra Mau Jual Saham Permata


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui bahwa banyak bank maupun investor yang mengincar PT Bank Permata Tbk. Otoritas pun menyatakan bahwa kedua pemegang saham pengendali berminat untuk melepas saham Bank Permata.


Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana. Menurutnya, investor yang berminat berasal dari berbagai negara, termasuk Jepang, Singapura, Thailand, dan Indonesia.


4. Laba LPCK 9 Bulan Ambles 87%, Ada Apa Gerangan?


Emiten properti milik Grup Lippo, PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK) mengalami penurunan laba bersih yang signifikan mencapai 87,06% pada 9 bulan pertama tahun ini dari periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY).


Berdasarkan laporan keuangan LPCK, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok menjadi Rp 346,39 miliar, dari sebelumnya Rp 2,67 triliun. Penurunan laba bersih ini terjadi seiring dengan amblesnya pendapatan yang mencapai 42,39% menjadi Rp 1,06 triliun dari posisi sebelumnya Rp 1,84 triliun di akhir September 2018.

[Gambas:Video CNBC]



5. Raih Laba di Q3, EXCL Berhasil Cetak Laba 9 Bulan Rp 498 M


Emiten telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL) berhasil membukukan laba bersih pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 setelah sempat menderita kerugian pada periode yang sama tahun lalu.


Berdasarkan laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), EXCL tercatat memperoleh laba bersih sebesar Rp 498,41 miliar, membaik dari rugi bersih senilai Rp 144,81 miliar yang diderita pada periode yang sama tahun lalu.

6. Setelah OJK, BEI Ikut Cecar Perusahaan Bentjok


Ternyata tak hanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang melakukan pemeriksaan terkait dengan dugaan pelanggaran UU Perbankan yang dilakukan oleh emiten properti milik Benny Tjokrosaputro (Bentjok), PT Hanson International Tbk (MYRX).


Bursa Efek Indonesia (BEI) ternyata juga telah melakukan hal serupa yakni dengan meminta penjelasan secara langsung dan tertulis kepada manajemen perusahaan tersebut.


7. Mandiri Targetkan Transaksi E-Money Tembus Rp 13 T di 2019


PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan nilai transaksi uang elektronik atau e-money mencapai Rp 13 triliun hingga akhir 2019. Target ini naik 30-35% dibandingkan dengan tahun lalu.

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan transaksi e-money ini sebagai salah satu dukungan terhadap gerakan non tunai selain sebagai tujuan bisnis perusahaan.

8. Bergerak tak Wajar, BEI Suspensi Saham Properti Milik Tahir

Bursa Efek Indonesia menghentikan saham PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) dari pasar regular dan tunai setelah harga saham naik hampir 50%. BEI meminta investor mempertimbangkan secara matang informasi sebelum mengambil keputusan investasi pada saham ini.

"Sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang siggnifikan, pada saham MPRO, dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu penghentian sementara saham MPRO," kata Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Lidia M. Panjaitan.
(sef/sef) Next Article Simak Aksi Emiten Kemarin untuk Mulai Perdagangan Hari Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular