Market Cap GGRM dan HMSP Drop, Laba PTBA Anjlok 24%

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 September 2019 07:57
Market Cap GGRM dan HMSP Drop, Laba PTBA Anjlok 24%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham tanah air dilanda tekanan jual dengan intensitas yang begitu besar pada perdagangan perdana di pekan ini. Pada saat pembukaan perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 1,15% ke level 6.262,29. Per akhir sesi dua, koreksi IHSG masih sebesar 1,82% dan membuat IHSG ditutup di terotori negatif pada level 6.219,44.

Koreksi pada perdagangan Senin (16/9/2019) cukup dalam setelah pada 5 Agustus 2019 lalu, indeks acuan saham di Indonesia ini terkoreksi tajam 2,6%.

Sejatinya, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia juga ditransaksikan melemah. Namun, koreksi hingga 1,8% lebih yang dibukukan IHSG menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum perdagangan Selasa (17/9/2019) dibuka:

1.Saham Amblas, Kapitalisasi HMSP Drop Rp 56 T & GGRM Rp 23 T

Dua saham produsen rokok terbesar bursa pada perdagangan Senin pagi (16/9/2019), yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan harga hingga lebih dari 20%.

Berdasarkan data bursa, pada penutupan sesi I saham HMSP mengalami koreksi 17,14% ke level Rp 2.320/saham. Sedangkan saham GGRM amblas 17,8% ke level Rp 56.550/saham.

Akibatnya kapitalisasi HMSP turun Rp 55,8 triliun menjadi Rp 268.69 triliun, sedangkan GGRM turun Rp 23,5 triliun menjadi Rp 108,5 triliun.

Kapitalisasi saham GGRM yang tadinya berada di peringkat 10 terbesar terhadap IHSG, telah disalip PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan kapitalisasi Rp 136.15 triliun. Sedangkan saham HMSP masih kokoh di peringkat keenam, bersaing dengan kapitalisasi PT Astra International Tbk (ASII) dengan kapitalisasi Rp 267,1 triliun.

Seperti diketahui Pemerintah memutuskan menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 23% dan harga jual eceran sebesar 35%. "Kita semua akhirnya memutuskan untuk kenaikan cukai rokok ditetapkan sebesar 23%," tegas Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

2.Tambah Kapal, PSSI Setujui Private Placement Rp 85 M

Pemegang saham emiten pelayaran PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) menyetujui pelaksanaan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement sebesar 402 juta lembar saham atau setara 8% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.

Harga pelaksanaan private placement tersebut di harga Rp 211 per saham, dengan demikian perseroan meraih dana Rp 84,97 miliar. Hal ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung Senin (16/9/2019) di Jakarta.

"Perseroan sedang melakukan finalisasi penetapan harga premium untuk penetapan harga saat ini dan atau di atas harga minimum," kata Direktur Utama PSSI, Iriawan Ibarat, dalam paparan publik di Jakarta.

Dia menambahkan, aksi korporasi ini sejalan dengan rencana perseroan menambah armada baru. Saat ini perusahaan dengan kode saham PSSI itu akan menambah satu unit kapal kargo curah (mother vassel) buatan Jepang tahun 2009 dengan harga US$ 7,525 juta atau sebesar Rp 105 miliar. Dengan penambahan armada ini, nantinya armada MV Pelita Samudera akan bertambah menjadi enam unit.

3.Antrean IPO Menumpuk, Emiten Baru Bakal Rekor Lagi

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut hingga akhir tahun ini ada lebih 60 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). BEI mencatat ada 22 perusahaan dipipeline dan diperkirakan jumlah emiten saham baru di tahun ini akan melebihi pencapaian bursa tahun lalu.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, IGD N Yetna Setia mengatakan bursa saat ini mengantongi sebanyak 22 perusahaan yang telah mengajukan rencana IPO dan menyampaikan berkas pendaftarannya.

"Yang sudah tercatat sudah 34, di pipeline itu ada 22. Jadi saham paling tidak ada 56, itu dengan catatan yang 22 ini kita tentunya lakukan evaluasi nanti," kaat Yetna di Gedung BEI Jakarta, Senin (16/9/2019).

BERLANJUT KE HAL 2

 

4.Harga Batu Bara Turun, Laba PTBA Semester I Anjlok 24%

Total keuntungan yang dibukukan oleh produsen batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), turun hingga dua digit pada paruh pertama tahun ini.

Melansir laporan keuangan perusahaan yang telah mendapat penelaahan terbatas (limited review), tercatat laba bersih PTBA pada semester pertama 2019 anjlok 24,42% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 2,01 triliun dari sebelumnya Rp 2,66 triliun di semester I-2018.

Jika ditelusuri lebih rinci, terkikisnya laba bersih PTBA disebabkan tingginya beban produksi, penurunan pada laba atas entitas ventura bersama. Terlebih lagi, total pendapatan perusahaan juga stagnan dengan hanya mencatatkan pertumbuhan sekitar 1%.

Hingga akhir Juni 2019, total pemasukan yang dibukukan produsen batu bara pelat merah tersebut naik tipis 1,17% YoY menjadi Rp 10,61 triliun, dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 10,49 triliun. Besar kemungkinan, penyebab pendapatan perusahaan stagnan karena penurunan harga batu bara dunia.

5.Bos Bhakti Agung Prediksi Sektor Properti Bangkit pada 2022

PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI) optimistis pasar properti Indonesia mulai tahun ini kembali bergairah kembali setelah mengalami kelesuan beberapa tahun terakhir. Manajemen meperkirakan penjualan properti miliknya akan mencapai puncak penjualan pada 2022.

Direktur Bhakti Agung Propertindo Agung Hadu Tjahjanto mengatakan dalam waktu tiga tahun mendatang diproyeksikan penjualan perusahaan akan mencapai Rp 137 miliar atas penjualan 1.300 unit properti miliknya. Pada tahun tersebut perusahaan juga memperkirakan akan menyelesaikan kawasan mixed use yang dikembangkannya di Ciledug, Tangerang.

"2019 ini trennya mulai naik dan kami sangat yakin dengan IPO ini kami menjadi lebih bagus lagi," kata Agung di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (16/9/2019).

Dia menjelaskan, saat ini perusahaan tengah mengembangkan lahan seluas 1,2 hektar untuk kawasan mixed use yang terdiri dari dua tower apartemen, kondotel dan kawasan komersial. Pengembangan ini telah dilakukan sejak tahun lalu dan ditergetkan rampung pada 2022 nanti.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular