
Dirilis Minggu Depan, Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5%?

Berbicara mengenai angka pertumbuhan ekonomi, pastilah kita berbicara mengenai konsumsi rumah tangga. Maklum, lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2018, konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 55,7% dari total perekonomian Indonesia.
Berbicara mengenai konsumsi rumah tangga, inflasi menggunakan indikator yang lazim digunakan untuk mengukur kuat-lemahnya konsumsi.
Seperti sudah disebutkan di halaman pertama, kemarin (1/11/2019) BPS mengumumkan bahwa pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan dan 3,13% secara tahunan.
Inflasi pada bulan lalu berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.
Lantas, lagi-lagi inflasi berada di bawah ekspektasi. Untuk periode September 2019, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,27% secara bulanan, lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja.
Untuk diketahui, jika ditotal untuk periode kuartal III-2019, Indonesia membukukan inflasi sebesar 0,16% saja. Inflasi pada kuartal III-2019 berada jauh di bawah rata-rata inflasi kuartal III dalam empat tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mencapai 0,62%.
Di era pemerintahan Jokowi, inflasi kuartal III-2019 yang hanya sebesar 0,16% merupakan inflasi kuartal III terendah kedua, pasca pada kuartal III-2018 Indonesia hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,05%.
Dengan inflasi yang terus saja berada di bawah ekspektasi, timbul kekhawatiran bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam tekanan.
Apalagi, indikasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia juga datang dari kinerja penjualan barang-barang ritel yang lesu. Sudah sedari bulan Mei, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Pada kuartal I-2019 dan kuartal II-2019, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh masing-masing sebesar 5,02% dan 5,17% secara tahunan. Kini, dengan indikasi yang kuat bahwa daya beli masyarakat sedang berada dalam posisi yang lemah, patut diantisipasi bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan melorot ke bawah level 5%.
Kala komponen terpenting dalam perekonomian Indonesia tumbuh di bawah 5%, tentu ada kemungkinan yang sangat besar bahwa pertumbuhan ekonomi akan ikut berada di bawah level 5%.
