
Hong Kong Resmi Resesi, Apa Dampaknya Buat Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Hong Kong sudah resmi memasuki periode resesi.
Kemarin, Kamis (31/10/2019), Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Lantaran pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif secara kuartalan pada kuartal III-2019 resmi membawa Hong Kong mengalami resesi untuk kali pertama sejak tahun 2009, kala krisis keuangan global menerpa.
Sebelum pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi Hong Kong periode kuartal III-2019 dirilis, memang pemerintahnya sendiri sudah memproyeksikan bahwa Hong Kong akan resmi mengalami resesi.
Pada akhir pekan kemarin, Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan memperingatkan bahwa Hong Kong akan resmi mengalami resesi.
"Dampak (dari aksi demonstrasi) terhadap pereknomian kita signifikan," tulis Chan dalam sebuah postingan di blog.
Dirinya kemudian menambahkan bahwa akan menjadi "sangat sulit" untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dibuat sebelum aksi demonstrasi meledak. Sebelum aksi demonstrasi meledak, pemerintah Hong Kong menargetkan perekonomian akan tumbuh sebesar 0,1% pada tahun 2019, seperti dilansir dari ABC.
Kemudian pada hari Selasa (29/10/2019), Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan bahwa terdapat kemungkinan yang besar bahwa perekonomian Hong Kong akan tumbuh negatif untuk keseluruhan tahun 2019, seperti dilansir dari BBC. Lam juga mengatakan bahwa pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi Hong Kong periode kuartal III-2019 akan resmi menempatkan Hong Kong dalam periode resesi.
Para ekonom pun sejatinya juga telah memproyeksikan bahwa Hong Kong akan masuk ke periode resesi. Namun, resesi yang menghampiri Hong Kong nyatanya jauh lebih parah dari yang diantisipasi para ekonom.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, kontraksi perekonomian Hong Kong secara kuartalan pada kuartal III-2019 diproyeksikan hanya berada di level 0,6%.
Lantas, apa dampak dari amburadulnya perekonomian Hong Kong terhadap Indonesia?
Untuk diketahui, kala sebuah negara mengalami resesi, khususnya jika negara itu merupakan negara dengan nilai perekonomian yang besar, maka laju perekonomian ekonomi dunia juga akan terganggu.
Secara nilainya, perekonomian Hong Kong terbilang besar. Walaupun tak sebesar AS dan China yang kini tengah terlibat perang dagang, Hong Kong jelas tak bisa dianggap sepele.
Berdasarkan World Economic Outlook edisi April 2018 yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF), Hong Kong merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ke-35 di dunia.
