
Sentimen Inflasi Bisa Angkat Harga Obligasi, tapi Hati-hati..
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 November 2019 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan harga obligasi diprediksi masih akan terjadi yang diharapkan dapat didorong oleh data inflasi yang akan diumumkan nanti siang serta stabilnya rupiah.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai meskipun demikian potensi penguatannya akan menipis karena adanya tekanan dari sentimen negatif global.
Menurut dia, beberapa faktor global yang dapat menahan reli lanjutan harga surat utang negara (SUN) adalah ketidakpastian berlanjutnya perundingan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China dan kekhawatiran akibat hal tersebut di pasar.
Pasar keuangan global akhirnya menanggapi perkembangan damai dagang itu dengan negatif yang tercermin dari pelemahan di pasar saham Wall Street semalam dan menguatnya pasar obligasi.
"Pejabat China menunjukkan keraguan terhadap kemungkinan berlanjutnya hubungan dagang jangka panjang dengan AS," ujar Ariawan dan tim dalam riset tersebut.
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan angka inflasi Oktober hari ini di mana konsensus pasar memprediksi lanjutnya akan terkendali 0,17% MoM dan 3,29% YoY.
Dengan demikian, dia menyarankan investor untuk menerapkan strategi trading jangka pendek pada beberapa seri SUN. Beberapa seri yang dianjurkan dan dinilai masih cukup menarik bagi investor adalah FR0077, FR0081, FR0078, FR0082, FR0080, dan FR0079.
Sepanjang Oktober, pergerakan pasar SUN sudah cukup positif yang dicerminkan oleh data indeks Indobex Government Total Return yang naik 2,23% menjadi 267.62 dari 261,79 pada akhir September. Angka itu membentuk penguatan sejak awal tahun 13,16% dari 236,5 di akhir Desember tahun lalu.
Penguatan signifikan terjadi kemarin setelah bank sentral AS yaitu The Fed memangkas suku bunga acuannya sehingga memperpanjang tren reli yang terbentuk sejak akhir September.
(irv/irv) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai meskipun demikian potensi penguatannya akan menipis karena adanya tekanan dari sentimen negatif global.
Menurut dia, beberapa faktor global yang dapat menahan reli lanjutan harga surat utang negara (SUN) adalah ketidakpastian berlanjutnya perundingan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China dan kekhawatiran akibat hal tersebut di pasar.
Pasar keuangan global akhirnya menanggapi perkembangan damai dagang itu dengan negatif yang tercermin dari pelemahan di pasar saham Wall Street semalam dan menguatnya pasar obligasi.
"Pejabat China menunjukkan keraguan terhadap kemungkinan berlanjutnya hubungan dagang jangka panjang dengan AS," ujar Ariawan dan tim dalam riset tersebut.
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan angka inflasi Oktober hari ini di mana konsensus pasar memprediksi lanjutnya akan terkendali 0,17% MoM dan 3,29% YoY.
Dengan demikian, dia menyarankan investor untuk menerapkan strategi trading jangka pendek pada beberapa seri SUN. Beberapa seri yang dianjurkan dan dinilai masih cukup menarik bagi investor adalah FR0077, FR0081, FR0078, FR0082, FR0080, dan FR0079.
Sepanjang Oktober, pergerakan pasar SUN sudah cukup positif yang dicerminkan oleh data indeks Indobex Government Total Return yang naik 2,23% menjadi 267.62 dari 261,79 pada akhir September. Angka itu membentuk penguatan sejak awal tahun 13,16% dari 236,5 di akhir Desember tahun lalu.
Penguatan signifikan terjadi kemarin setelah bank sentral AS yaitu The Fed memangkas suku bunga acuannya sehingga memperpanjang tren reli yang terbentuk sejak akhir September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Most Popular