OJK Prediksi NPL Bank RI Capai 2,6% Akhir Tahun Ini

Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 October 2019 14:39
Kondisi ini dinilai sama dengan tahun 2015-2016 ketika Amerika Serikat (AS) melakukan normalisasi kebijakan moneter pascakrisis.
Foto: CEO Networking 2019 dengan tema "Embracing the Opportunities in Dynamic Global Economy" (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan rasio kredit bermasalah (non peforming loan/NPL) hingga akhir tahun ini mencapai 2,6%, naik dari posisi 2,5% di akhir tahun lalu. Kondisi ini dinilai sama dengan tahun 2015-2016 ketika Amerika Serikat (AS) melakukan normalisasi kebijakan moneter pascakrisis.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan untuk itu OJK mendorong perbankan untuk meminta debiturnya terutama yang memiliki eksposur besar untuk melakukan restrukturisasi utang sehingga NPL dapat ditekan nilainya.

"Sekarang NPL-nya sedikit naik, dari biasanya 2,5% gross sekarang 2,6%. Ini bisa hanya karena temporary belum bisa sustain," kata Wimboh dalam acara CEO Networking di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Seperti diketahui, beberapa korporasi memiliki tingkat NPL yang cukup besar disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran utangnya kepada bank.

Sebut saja PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), perusahaan baja pelat merah yang memiliki utang menggunung mencapai US$ 2 miliar dari beberapa bank dalam dan luar negeri.

Utang ini akhirnya direstrukturisasi dengan dalam 3 kelompok dengan tenor pembayaran berbeda-beda. Antara lain Tranche A dengan tenor delapan tahun, Tranche B bertenor tiga tahun dan Tranche C yang lebih fleksibel yang sifatnya bisa diperpanjang ke depannya.

Setengah dari utang ini atau mencapai Rp 10 triliun-Rp 15 triliun atau kurang lebih US$ 1 miliar, yang masuk dalam Tranche B akan dibayarkan dengan penjualan aset perusahaan.

Sedang untuk obligasi konversi (convertible bond) ini nantinya akan melalui perjanjian kredit baru jika perusahaan baja pelat merah ini tak mampu memenuhi total utang yang ada dalam Tranche C ini.

Kemampuan membayarkan utang dari korporasi juga terlihat seret setelah munculnya kemungkinan gagal bayar obligasi global yang diterbitkannya.

Beberapa bank juga disebut-sebut tengah melakukan restrukturisasi atas utang dari perusahaan tekstil ini. Beberapa bank yang melakukan restrukturisasi ini seperti PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dengan eksposur utang mencapai Rp 5,5 triliun namun sudah turun ke skitar Rp 2 triliun.


(hps/hps) Next Article Bank Mau Hapus Kredit Macet, Ini Warning dari OJK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular