Data Investasi Top, Kok Rupiah Masih di Atas Rp 14.000/US$?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 October 2019 13:15
Data Investasi Top, Kok Rupiah Masih di Atas Rp 14.000/US$?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rilis data realisasi investasi yang impresif belum mampu mengangkat rupiah lebih tinggi.

Pada Kamis (31/10/2019) pukul 13:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.010. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,23% dan dolar AS berhasil diturunkan ke bawah Rp 14.000. Namun itu tidak lama, karena meski rupiah masih menguat tetapi dolar AS mampu kembali menembus level psikologis tersebut.


Sepertinya rilis data investasi belum banyak berpengaruh terhadap pergerakan rupiah. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan investasi tumbuh 18,4% year-on-year (YoY) pada kuartal III-2019. Sementara investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) tumbuh 17,8%, tertinggi sejak kuartal IV-2015.

 

Pencapaian ini jauh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pada periode April-Juni 2019, investasi tumbuh 13,7% dan FDI naik 9,6%.


Akan tetapi, nasib rupiah masih begitu-begitu saja. Dolar AS belum bisa dilengserkan ke bawah Rp 14.000.


Sepertinya faktor eksternal membatasi penguatan rupiah. Biro Statistik Nasional China melaporkan, angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Oktober sebesar 49,3. Turun dibandingkan September yaitu 49,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Angka di bawah 50 menunjukkan dunia usaha sedang menahan diri, tidak melakukan ekspansi.

Parahnya, angka PMI manufaktur China sudah enam bulan beruntun berada di bawah 50. Selain itu, angka Oktober adalah yang terendah sejak Maret 2009.



Data ini sedikit banyak mempengaruhi minat investor untuk berani masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, apresiasi rupiah sulit untuk lebih tajam lagi.


Akan tetapi, rupiah masih bersyukur karena mampu bertahan di zona hijau. Setidaknya rupiah mampu bergerak searah dengan mata uang utama Asia lainnya.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:38 WIB:



Mata uang Asia dibuai oleh hasil rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dini hari tadi waktu Indonesia, Ketua Jerome Powell dan sejawat memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.


Setelah pengumuman suku bunga acuan, dolar AS langsung nyungsep dan masih terjadi sampai saat ini. Pada pukul 12:41 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,31%.

Penurunan suku bunga acuan memang berdampak negatif terhadap dolar AS. Sebab imbalan investasi dalam instrumen berbasis mata uang ini (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga acuan. Dolar AS jadi kurang seksi.

Selain itu, investor juga lega karena kesepakatan damai dagang AS-China kemungkinan tetap ditandatangani bulan depan meski KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile batal. Situasi Chile yang tidak kondusif karena gelombang aksi massa membuat acara tersebut sulit dilaksanakan.


Padahal KTT APEC awalnya akan menjadi panggung bagi AS-China untuk menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Situasi di Chile sempat membuat pasar bertanya-tanya, apakah kesepakatan damai dagang bisa terwujud?

Sekarang pertanyaan itu sudah terjawab. Gedung Putih menegaskan kesepakatan dagang degan China tetap akan terjadi, tempat urusan belakangan.

"Kami sedang mencoba untuk melakukan finalisasi kesepakatan dagang fase I dengan China yang bersejarah dalam jangka waktu sesuai jadwal," sebut pernyataan tertulis Gedung Putih.

Penurunan Federal Funds Rate dan terjaganya aura damai dagang AS-China mampu menopang penguatan rupiah dan berbagai mata uang Asia. Namun sayang sekali, data realisasi investasi yang positif belum bisa banyak membantu.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular