
Berhari-hari Reli, Harga Obligasi RI Drop & Ini Penyebabnya

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2,3 basis poin (bps) menjadi 7,71%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Okt'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 29 Okt'19 (%) | Yield 30 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 29 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.467 | 6.475 | 0.80 | 6.4388 |
FR0078 | 10 tahun | 7.033 | 7.04 | 0.70 | 7.0116 |
FR0068 | 15 tahun | 7.498 | 7.508 | 1.00 | 7.4706 |
FR0079 | 20 tahun | 7.691 | 7.714 | 2.30 | 7.6782 |
Sumber: Revinitif
Saat ini, minat pelaku pasar pada pasar SUN diprediksi masih cukup tinggi pada periode jangka menengah yang tercermin dari lelang kemarin di mana nilai penawaran investor menjadi yang tertinggi ketiga sejak awal tahun.
Penawaran peserta lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) kemarin membludak hingga Rp 35,91 triliun, tertinggi sejak lelang 9 Juli silam. Jumlah penawaran peserta dalam lelang itu lebih tinggi daripada lelang sebelumnya Rp 29,9 triliun dan rerata lelang sejak awal tahun Rp 23,18 triliun.
Dalam lelang tersebut, pemerintah menerbitkan sukuk negara Rp 7,43 triliun yang masih lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 7,04 triliun tetapi masih sedikit lebih rendah daripada rerata lelang sejak awal tahun Rp 7,5 triliun.
Dari potensi penurunan suku bunga, survei pelaku pasar yang dihelat CME Fedwatch menunjukkan 98,3% pelaku pasar memprediksi the Fed akan menurunkan suku bunga dalam FOMC pada 30 Oktober waktu setempat atau Kamis dini hari WIB. Selain suku bunga, data pertumbuhan ekonomi AS juga akan diumumkan lebih awal yaitu sekitar 20.00 WIB.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 521 bps, melebar dari posisi kemarin 518 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,7 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,83%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih inversi yield mulai memudar pada pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, 3 bulan-10 tahun, dan 2 tahun-10 tahun yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 28 Okt'19
Seri | Benchmark | Yield 29 Okt'19 (%) | Yield 30 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.644 | 1.639 | 3 bulan-5 tahun | -1.3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.642 | 1.64 | 2 tahun-5 tahun | -1.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.649 | 1.644 | 3 tahun-5 tahun | -0.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.659 | 1.652 | 3 bulan-10 tahun | -18.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.835 | 1.826 | 2 tahun-10 tahun | -18.6 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.057 triliun SBN, atau 39,15% dari total beredar Rp 2.701 triliun berdasarkan data per 28 Oktober. Angkanya masih menjadi rekor tertinggi kepemilikan investor asing sepanjang masa.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 164,28 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,51 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 28,14 triliun.
Kepemilikan Asing di SUN Cetak Rekor
[Gambas:Video CNBC]
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti pasar ekuitas yang naik 0,25% sedangkan rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,14%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih menunjukkan koreksi harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 29 Okt'19 (%) | Yield 30 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.48 | 6.51 | 3.00 |
China | 3.317 | 3.328 | 1.10 |
Jerman | -0.357 | -0.35 | 0.70 |
Prancis | -0.059 | -0.053 | 0.60 |
Inggris | 0.711 | 0.716 | 0.50 |
India | 6.679 | 6.67 | -0.90 |
Jepang | -0.107 | -0.123 | -1.60 |
Malaysia | 3.462 | 3.456 | -0.60 |
Filipina | 4.528 | 4.54 | 1.20 |
Rusia | 6.39 | 6.39 | 0.00 |
Singapura | 1.771 | 1.761 | -1.00 |
Thailand | 1.6 | 1.58 | -2.00 |
Amerika Serikat | 1.835 | 1.828 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.19 | 8.2 | 1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor