
Mulai Roadshow, IPO Saudi Aramco Terbesar di Dunia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
30 October 2019 10:18

Mengacu siaran pers Saudi Aramco, pada semester I-2019, perusahaan berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 46,9 miliar atau setara dengan Rp 661 triliun, turun 12% dibandingkan dengan US$ 53,0 miliar untuk periode yang sama tahun lalu.
Sementara laba sebelum bunga dan pajak pada periode tersebut yakni US$ 92,5 miliar, turun 9% dibandingkan dengan US$ 101,3 miliar periode yang sama setahun sebelumnya.
Fitch mencatat, sepanjang 2018, Saudi Aramco masih menjadi produsen minyak terbesar di dunia dari sisi volume mengalahkan rekan-rekan regionalnya seperti perusahaan minyak nasional Abu Dhabi, ADNOC dan perusahaan minyak Royal Dutch Shell, Total dan BP.
"Saudi Aramco adalah produsen minyak terbesar di dunia berdasarkan volume. Pada tahun 2018 produksi cairan dan total produksi hidrokarbonnya rata-rata setara dengan 11,6 juta dan 13,6 juta barel minyak per hari, jauh melampaui output hulu terintegrasi global dan regional produsen seperti ADNOC, Shell, Total dan BP," kata Fitch, mengutip Reuters.
Bloomberg melaporkan, Saudi Aramco sebelumnya telah mengundang lebih dari 20 perusahaan investasi dari AS, Eropa dan Asia untuk bersaing, termasuk beberapa penjamin emisi (underwriter) terbesar dunia serta sejumlah bank investasi dengan skala kecil.
Dari persaingan ini, CNBC International melaporkan J.P.Morgan Chase melenggang menjadi salah satu penasihat IPO Aramco, mengalahkan Morgan Stanley dan Goldman Sachs.
Namun Saudi Aramco sebelumnua belum membuat keputusan tentang tujuan pencatatan saham perdana ini. Para pejabat tinggi dari bursa-bursa global di dunia: London, New York dan Hong Kong juga aktif mendekati Saudi Aramco agar bisa mencatatkan saham perdana di bursa efek mereka.
Proyek IPO Aramco ini pertama kali diumumkan pada tahun 2016 sebagai landasan rencana Visi 2030 Kerajaan Arab Saudi untuk memodernisasi ekonominya. Target pencatatan Saudi Aramco pada awalnya yakni paruh kedua tahun 2018 tapi tertunda.
Produsen minyak ini awalnya bekerjasaham dengan Evercore Inc. dan Moelis, serta HSBC Holdings Plc, JPMorgan dan Morgan Stanley.
Dalam siaran persnya pada April lalu, Saudi Aramco juga baru merilis obligasi di Bursa Efek London sebesar US$ 12 miliar atau setara dengan Rp 169 triliun. Obligasi itu terdiri dari lima seri yang termasuk dalam Saudi Aramco's Global Medium Term Note Program:
- Seri 1 US$ 1 miliar, kupon 2,750%, jatuh tempo 2022
- Seri 2 US$ 2 miliar, kupon 2,787%, jatuh tempo 2024
- Seri 3 US$ 3 miliar, kupon 3,500%, jatuh tempo 2029
- Seri 4 US$ 3 miliar, kupon 4,250%, jatuh tempo 2039
- Seri 5 US$ 3 miliar, kupon 4,375%, jatuh tempo 2049
(tas/tas)
Sementara laba sebelum bunga dan pajak pada periode tersebut yakni US$ 92,5 miliar, turun 9% dibandingkan dengan US$ 101,3 miliar periode yang sama setahun sebelumnya.
Fitch mencatat, sepanjang 2018, Saudi Aramco masih menjadi produsen minyak terbesar di dunia dari sisi volume mengalahkan rekan-rekan regionalnya seperti perusahaan minyak nasional Abu Dhabi, ADNOC dan perusahaan minyak Royal Dutch Shell, Total dan BP.
Bloomberg melaporkan, Saudi Aramco sebelumnya telah mengundang lebih dari 20 perusahaan investasi dari AS, Eropa dan Asia untuk bersaing, termasuk beberapa penjamin emisi (underwriter) terbesar dunia serta sejumlah bank investasi dengan skala kecil.
Dari persaingan ini, CNBC International melaporkan J.P.Morgan Chase melenggang menjadi salah satu penasihat IPO Aramco, mengalahkan Morgan Stanley dan Goldman Sachs.
Namun Saudi Aramco sebelumnua belum membuat keputusan tentang tujuan pencatatan saham perdana ini. Para pejabat tinggi dari bursa-bursa global di dunia: London, New York dan Hong Kong juga aktif mendekati Saudi Aramco agar bisa mencatatkan saham perdana di bursa efek mereka.
Proyek IPO Aramco ini pertama kali diumumkan pada tahun 2016 sebagai landasan rencana Visi 2030 Kerajaan Arab Saudi untuk memodernisasi ekonominya. Target pencatatan Saudi Aramco pada awalnya yakni paruh kedua tahun 2018 tapi tertunda.
Produsen minyak ini awalnya bekerjasaham dengan Evercore Inc. dan Moelis, serta HSBC Holdings Plc, JPMorgan dan Morgan Stanley.
Dalam siaran persnya pada April lalu, Saudi Aramco juga baru merilis obligasi di Bursa Efek London sebesar US$ 12 miliar atau setara dengan Rp 169 triliun. Obligasi itu terdiri dari lima seri yang termasuk dalam Saudi Aramco's Global Medium Term Note Program:
- Seri 1 US$ 1 miliar, kupon 2,750%, jatuh tempo 2022
- Seri 2 US$ 2 miliar, kupon 2,787%, jatuh tempo 2024
- Seri 3 US$ 3 miliar, kupon 3,500%, jatuh tempo 2029
- Seri 4 US$ 3 miliar, kupon 4,250%, jatuh tempo 2039
- Seri 5 US$ 3 miliar, kupon 4,375%, jatuh tempo 2049
![]() |
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular