
RI Setop Ekspor Nikel Lebih Cepat, Harga Bakal Melonjak!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 October 2019 11:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambang nikel Indonesia sepakat untuk menghentikan ekspor bijih nikel sesegera mungkin. Langkah ini dinilai dapat memicu harga nikel untuk melejit kembali di pasar global.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa para penambang nikel di Tanah Air setuju untuk menghentikan ekspor sesegera mungkin. Kebijakan ini cukup mengejutkan setelah kabar ekspor bijih nikel dipercepat dan mulai berlaku Januari tahun depan, maju 2 tahun dari target awal 2022.
Bahlil mengatakan ekspor bijih nikel yang akan dikirim dari Indonesia akan dibeli oleh operator smelter lokal dengan harga patokan internasional.
"Perjanjian ini bukan atas dasar surat dari pemerintah maupun kementerian terkait, melainkan perjanjian bersama. Perjanjian ini dilakukan oleh antara pemerintah dengan asosiasi nikel" terang Bahlil Lahadalia, dikutip Reuters, Senin kemarin (28/10/2019).
Kebijakan ini ditengarai berpotensi besar untuk membuat pasar kalang kabut dan harga nikel kembali melejit pada pembukaan perdagangan siang nanti, Selasa (29/10) atau 12.25 WIB.
Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, harga nikel dunia berada di level US$ 16.675/ton. Harga nikel telah melonjak lebih dari 50% di tahun ini.
Melesatnya harga nikel ke level tertinggi terjadi seiring dengan pengumuman bahwa Indonesia akan mempercepat waktu pelarangan ekspor bijih nikel dari 2022 menjadi 2020. Hal ini dilakukan untuk mendukung industri smelter dalam negeri.
Ketika Indonesia sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia menghentikan ekspornya, maka suplai nikel dunia akan terganggu dan membuat harga menjadi melejit.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, cadangan terbukti untuk komoditas nikel nasional sebesar 698 juta ton, dan hanya dapat menjamin pasokan bijih nikel bagi fasilitas pemurnian selama 7-8 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article Goldman Sachs: Harga Nikel Bisa Sentuh US$ 20.000/ton
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa para penambang nikel di Tanah Air setuju untuk menghentikan ekspor sesegera mungkin. Kebijakan ini cukup mengejutkan setelah kabar ekspor bijih nikel dipercepat dan mulai berlaku Januari tahun depan, maju 2 tahun dari target awal 2022.
Bahlil mengatakan ekspor bijih nikel yang akan dikirim dari Indonesia akan dibeli oleh operator smelter lokal dengan harga patokan internasional.
"Perjanjian ini bukan atas dasar surat dari pemerintah maupun kementerian terkait, melainkan perjanjian bersama. Perjanjian ini dilakukan oleh antara pemerintah dengan asosiasi nikel" terang Bahlil Lahadalia, dikutip Reuters, Senin kemarin (28/10/2019).
Kebijakan ini ditengarai berpotensi besar untuk membuat pasar kalang kabut dan harga nikel kembali melejit pada pembukaan perdagangan siang nanti, Selasa (29/10) atau 12.25 WIB.
Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, harga nikel dunia berada di level US$ 16.675/ton. Harga nikel telah melonjak lebih dari 50% di tahun ini.
Melesatnya harga nikel ke level tertinggi terjadi seiring dengan pengumuman bahwa Indonesia akan mempercepat waktu pelarangan ekspor bijih nikel dari 2022 menjadi 2020. Hal ini dilakukan untuk mendukung industri smelter dalam negeri.
Ketika Indonesia sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia menghentikan ekspornya, maka suplai nikel dunia akan terganggu dan membuat harga menjadi melejit.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, cadangan terbukti untuk komoditas nikel nasional sebesar 698 juta ton, dan hanya dapat menjamin pasokan bijih nikel bagi fasilitas pemurnian selama 7-8 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article Goldman Sachs: Harga Nikel Bisa Sentuh US$ 20.000/ton
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular