Rupiah Galau Tingkat Tinggi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 October 2019 10:40
Rupiah Galau Tingkat Tinggi
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga bernasib serupa di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (29/10/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.028. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Situasi serupa terjadi di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.025 di mana rupiah juga melemah 0,04%.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah masih bisa stagnan di Rp 14.020/US$. Selepas itu, rupiah melemah meski tipis-tipis saja. Sepertinya gerak rupiah masih sama seperti kemarin, penuh kagalauan. 


Sementara mata uang Asia lainnya bergerak mixed di hadapan dolar AS. Namun seperti halnya rupiah, penguatan atau pelemahannya terbatas.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Dari dalam negeri, sepertinya investor mulai mengambil untung dari rupiah. Maklum, dalam sebulan terakhir rupiah sudah menguat lumayan tajam yaitu 1,16%. Cuan yang lumayan tinggi ini tentu menarik untuk dicairkan.

Selain itu, dalam waktu dekat juga akan ada rilis data penting di dalam negeri. Akhir pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Oktober. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulan ini sebesar 3,27% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan September yaitu 3,39%.

Kemudian pekan depan akan ada rilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Dengan sudah berlalunya momentum pendongkrak konsumsi yaitu Ramadan-Idul Fitri, sulit untuk berharap pertumbuhan ekonomi bakal lebih ketimbang kuartal II-2019. Bahkan bisa saja ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5%.


Penantian terhadap data-data tersebut, plus aksi profit taking, menjadi beban bagi langkah rupiah. Jadi wajar pergerakan rupiah kurang dinamis, karena pelaku pasar memang wait and see.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)



Sementara dari sisi eksternal, investor sangat menantikan rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang hasilnya diumumkan pada 31 Oktober dini hari waktu Indonesia. Sejauh ini, pelaku pasar masih memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, probabilitas ke arah sana mencapai 94,1%.

Namun itu baru perkiraan, realisasinya bisa berbeda. Sebab ada faktor yang bisa membuat The Fed urung menurunkan suku bunga.

The Fed selama ini menilai risiko terbesar di perekonomian Negeri Paman Sam adalah perang dagang AS-China. Perang dagang ini tidak cuma melukai ekspor, tetapi sudah dirasakan oleh konsumen karena kenaikan harga produk.

Baca: Suku Bunga The Fed Tergantung Perang Dagang, Bukan Trump

Mengutip riset US National Bureau of Economic Research, perang dagang dengan China membuat pendapatan nasional AS turun US$ 1,4 miliar per bulan. Harga produk manufaktur di tingkat produsen naik satu poin persentase, yang kemudian ditransmisikan ke harga tingkat konsumen.

Akan tetapi, kini ada harapan perang dagang AS-China akan segera selesai. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kesepakatan damai dagang fase I bisa selesai lebih cepat dari perkiraan. Awalnya, kesepakatan tersebut direncanakan rampung pada pertengahan November, bersamaan dengan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile.

"Kami melihat ada kemungkinan (kesepakatan damai dagang fase I) lebih cepat dari jadwal. Akan ada sebuah kesepakatan yang sangat besar, tetapi kami menyebutnya fase I," ungkap Trump kepada wartawan sebelum kunjungan kerja ke Chicago, seperti diberitakan Reuters.

Menurut Trump, kesepakatan fase I tersebut akan sangat menguntungkan para petani AS. Tidak hanya itu, kebutuhan perbankan juga diperhatikan. "Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.


Jadi, satu risiko besar bisa jadi akan segera sirna. Jika The Fed menilai risiko perang dagang ke depan semakin kecil, maka bukan tidak mungkin Federal Funds Rate dipertahankan.

Situasi ini membuat dolar AS sedikit di atas angin. Pada pukul 10:29 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) mampu menguat meski tipis di 0,03%.



TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular