
Rupiah Galau Tingkat Tinggi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 October 2019 10:40

Sementara dari sisi eksternal, investor sangat menantikan rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang hasilnya diumumkan pada 31 Oktober dini hari waktu Indonesia. Sejauh ini, pelaku pasar masih memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, probabilitas ke arah sana mencapai 94,1%.
Namun itu baru perkiraan, realisasinya bisa berbeda. Sebab ada faktor yang bisa membuat The Fed urung menurunkan suku bunga.
The Fed selama ini menilai risiko terbesar di perekonomian Negeri Paman Sam adalah perang dagang AS-China. Perang dagang ini tidak cuma melukai ekspor, tetapi sudah dirasakan oleh konsumen karena kenaikan harga produk.
Baca:Â Suku Bunga The Fed Tergantung Perang Dagang, Bukan Trump
Mengutip riset US National Bureau of Economic Research, perang dagang dengan China membuat pendapatan nasional AS turun US$ 1,4 miliar per bulan. Harga produk manufaktur di tingkat produsen naik satu poin persentase, yang kemudian ditransmisikan ke harga tingkat konsumen.
Akan tetapi, kini ada harapan perang dagang AS-China akan segera selesai. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kesepakatan damai dagang fase I bisa selesai lebih cepat dari perkiraan. Awalnya, kesepakatan tersebut direncanakan rampung pada pertengahan November, bersamaan dengan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile.
"Kami melihat ada kemungkinan (kesepakatan damai dagang fase I) lebih cepat dari jadwal. Akan ada sebuah kesepakatan yang sangat besar, tetapi kami menyebutnya fase I," ungkap Trump kepada wartawan sebelum kunjungan kerja ke Chicago, seperti diberitakan Reuters.
Menurut Trump, kesepakatan fase I tersebut akan sangat menguntungkan para petani AS. Tidak hanya itu, kebutuhan perbankan juga diperhatikan. "Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.
Jadi, satu risiko besar bisa jadi akan segera sirna. Jika The Fed menilai risiko perang dagang ke depan semakin kecil, maka bukan tidak mungkin Federal Funds Rate dipertahankan.
Situasi ini membuat dolar AS sedikit di atas angin. Pada pukul 10:29 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) mampu menguat meski tipis di 0,03%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Namun itu baru perkiraan, realisasinya bisa berbeda. Sebab ada faktor yang bisa membuat The Fed urung menurunkan suku bunga.
The Fed selama ini menilai risiko terbesar di perekonomian Negeri Paman Sam adalah perang dagang AS-China. Perang dagang ini tidak cuma melukai ekspor, tetapi sudah dirasakan oleh konsumen karena kenaikan harga produk.
Mengutip riset US National Bureau of Economic Research, perang dagang dengan China membuat pendapatan nasional AS turun US$ 1,4 miliar per bulan. Harga produk manufaktur di tingkat produsen naik satu poin persentase, yang kemudian ditransmisikan ke harga tingkat konsumen.
Akan tetapi, kini ada harapan perang dagang AS-China akan segera selesai. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kesepakatan damai dagang fase I bisa selesai lebih cepat dari perkiraan. Awalnya, kesepakatan tersebut direncanakan rampung pada pertengahan November, bersamaan dengan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile.
"Kami melihat ada kemungkinan (kesepakatan damai dagang fase I) lebih cepat dari jadwal. Akan ada sebuah kesepakatan yang sangat besar, tetapi kami menyebutnya fase I," ungkap Trump kepada wartawan sebelum kunjungan kerja ke Chicago, seperti diberitakan Reuters.
Menurut Trump, kesepakatan fase I tersebut akan sangat menguntungkan para petani AS. Tidak hanya itu, kebutuhan perbankan juga diperhatikan. "Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.
Jadi, satu risiko besar bisa jadi akan segera sirna. Jika The Fed menilai risiko perang dagang ke depan semakin kecil, maka bukan tidak mungkin Federal Funds Rate dipertahankan.
Situasi ini membuat dolar AS sedikit di atas angin. Pada pukul 10:29 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) mampu menguat meski tipis di 0,03%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular