Selamat Datang Resesi di Hong Kong

Wangi Sinintya Mangkuto & Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
29 October 2019 06:23
Demo yang terus terjadi selama 21 minggu membuat pejabat Hong Kong menilai pertumbuhan Q3 tak akan capai target
Foto: Bentrok Polisi dengan Pendemo pada Aksi Protes Anti-Pemerintah di Hong Kong, Minggu, 27 Oktober 2019 (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Demonstrasi yang terus membara di Hong Kong selama 21 minggu telah berdampak pada perlambatan ekonomi kota tersebut.

Meski belum dengan tegas mengeluarkan hitung-hitungan data, berapa pertumbuhan Hong Kong di kuartal III 2019, tapi pejabat setempat sudah mengindikasikan kalau kota itu sudah masuk ke dalam resesi.


Resesi adalah situasi di mana produk domestik bruto (PDB) menurun dua kali berturut-turut atau lebih, dalam satu tahun.

Apa yang terjadi pada ekonomi Hong Kong, secara teknis bisa disebut resesi, mengingat PDB akan dua kali turun Q II dan Q III, karena pertumbuhan yang amat lemah sejak demo terjadi.

Selamat Datang Resesi di Hong KongFoto: Bentrok Polisi dengan Pendemo pada Aksi Protes Anti-Pemerintah di Hong Kong, Minggu, 27 Oktober 2019 (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)


"Pukulan terhadap ekonomi kita sangat komprehensif," tegas Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan sebagaimana dikutip dari Reuters. Menurutnya target pertumbuhan 2019, 0-1% juga tak akan tercapai.

Stimulus sebesar HK$ 2 miliar (US$ 255 juta/Rp 3,5 triliun) untuk menahan perlambatan ekonomi Hong Kong juga ia katakan sepertinya tak bisa membantu banyak.



Sebelumnya di Agustus, Hong Kong juga menggelontrkan HK$ 19,1 miliar (US$ 2,4 miliar/Rp 33 triliun) untuk mendukung UMKM di kota itu.

Dampak demonstrasi kini lebih buruk daripada wabah SARS saat tahun 2003. Bahkan demo yang terus terjadi juga membuat ekonomi Hong Kong lebih hancur daripada krisis keuangan 2008 lalu.

"Biarkah semua orang kembali ke kehidupan normal mereka, biarkan industri dan komersial beroperasi secara normal. Harus diciptakan banyak ruang untuk dialog," tulisnya lagi.

Di Q1 2019, Hong Kong masih menunjukkan pertumbuhan positif 1,3%. Namun di Q2 2019, pertumbuhan ekonomi terjun ke -0,4%.

Seperti diramal Bloomberg, ada beberapa indikator yang mendukung penurunan di Q3, diantaranya penjualan ritel yang turun 23% di Agustus, jebloknya jumlah turis ke Hong Kong turun hingga 40%, serta PMI IHS Markit di level 41,5.

Sebelumnya, ekonomi Hong Kong diprediksi tumbuh 2-3% di 2019. Namun sejak demo terjadi Juni, Agustus lalu pertumbuhan dipangkas 0-1%.

Banyak ekonom juga memperkirakan pertumbuhan bisa saja di bawah 1%. Bahkan dalam riset JP Morgan Chase & Co pertumbuhan ekonomi wilayah ini hanya 0,3%.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Hong Kong Sudah Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular