Laba PGN Q3-2019 Merosot, Tapi Cermati Dulu Jeroannya

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 October 2019 11:11
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya keuntungan yang dicatatkan PGAS mencapai US$ 244,33 juta atau Rp 3,46 triliun.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten distributor gas milik pemerintah, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) hingga akhir September 2019 mencatatkan penurunan laba bersih yang cukup signifikan, hingga 47,16% secara tahunan (year-on-year/YoY)

Sejak awal tahun hingga akhir kuartal III-2019, laba bersih yang didistribusikan untuk entitas induk tercatat hanya sebesar US$ 129,11 juta atau setara Rp 1,83 triliun (asumsi kurs Rp 14.174/US$). Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya keuntungan yang dicatatkan PGAS mencapai US$ 244,33 juta atau Rp 3,46 triliun.

Kinerja bottom line (laba bersih) perusahaan tertekan seiring dengan penurunan pada pos pemasukan, tingginya biaya beban pokok pendapatan, penurunan laba dari entitas ventura bersama, dan beban penurunan nilai properti minyak dan gas.

Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, total pendapatan PGAS terkoreksi tipis 2,69% secara tahunan, dari US$ 2,89 miliar menjadi US$ 2,81 miliar.

Lini usaha yang mencatatkan penurunan paling dalam adalah penjualan minyak dan gas neto dari production sharing contract (PSC) sebesar 33,87% YoY menjadi US$ 292,08 juta. Diikuti oleh penurunan pendapatan sewa pembiayaan dari perjanjian pengangkutan gas GTA (Gas Transportation Agreement) Kalija Tahap I sebesar 47,77% YoY ke level US$ 16,39 juta.

Sementara itu, pos pemasukan utama PGAS, yakni distribusi gas tercatat tumbuh stabil dengan membukukan kenaikan 3,78% YoY menjadi US$ 2,18 miliar dari sebelumnya US$ 2,1 miliar.

Lebih lanjut, meskipun total pemasukan membukukan koreksi, beban pokok pendapatan justru meningkat 0,39% YoY menjadi US$ 1,92 miliar yang mayoritas disebabkan adanya peningkatan biaya distribusi pihak ketiga.

Kemudian momok lain yang turut mengikis keuntungan PGAS adalah penurunan bagian laba dari entitas bersama yang sebelumnya US$ 65,8 juta menjadi US$ 50,32 juta. Setelah ditilik lebih rinci, hingga akhir September 2019 total laba yang didistribusikan PT Pertagas dan PT Nusantara Regas turun cukup signifikan, yakni masing-masing sebesar 34,99% YoY dan 45,67% YoY.

Lalu, perusahaan tahun ini mencatatkan beban penurunan nilai properti minyak dan gas mencapai US$ 44,18 juta. Beban ini merupakan penurunan nilai atas blok Pangkah dikarenakan perubahan rencana manajemen terkait perimbangan teknis dan komersial yang menyebabkan turunnya profil produksi di tahun 2019 dan seterusnya.

Meskipun dari penjabaran di atas terlihat bahwa dalam 9 bulan pertama 2019, PGAS membukukan kinerja yang kurang memuaskan, sejatinya jika dilihat dari sisi kinerja kuartalan, pada kuartal III-2019, laba bersih perusahaan tumbuh 15,65% YoY ke level US$ 75,11 juta dari sebelumnya US$ 64,94 juta di kuartal III-2018.

Kinerja kuartal kemarin jauh lebih baik dibandingkan performa kuartal I yang tumbuh negatif 28,56% YoY menjadi US$ 65,1 juta dan kuartal II yang justru menorehkan rapor merah dengan mencatatkan rugi bersih US$ 11,1 juta. Untuk diketahui, kerugian yang terjadi pada kuartal II disebabkan oleh transaksi penurunan nilai blok Pangkah.

Kemudian, total pendapatan di kuartal III-2019 pada dasarnya juga tumbuh positif 5,21% YoY menjadi US$ 1,02 miliar dari sebelumnya US$ 971,86 juta.

Foto: Dwi Ayuningtyas


TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/hps) Next Article Saham PGAS Diobral Asing & Rontok Lebih 6%, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular