
The Fed dan Damai Dagang Bikin Rupiah Melayang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 October 2019 10:39

Dolar AS memang sedang dilanda kegalauan. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penantian pasar terhadap rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed pada 30 Oktober waktu setempat.
Pelaku pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan kembali menurunkan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, kans penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% adalah 93%.
Data-data ekonomi Negeri Paman Sam memang kurang menggembirakan. Pembacaan awal indeks sentimen konsumen versi University of Michigan untuk Oktober direvisi ke bawah dari 96 menjadi 95,5. Sub-indeks ekspektasi konsumen terhadap perekonomian ke depan direvisi dari 84,2 menjadi 83,4 sementara sub-indeks keyakinan terhadap kondisi saat ini juga direvisi ke bawah dari 113,4 menjadi 108,5.
Kemudian penjualan rumah baru pada September tercatat 701.000 pada September, turun 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka penjualan pada Agustus pun direvisi ke bawah dari 713.000 menjadi 706.000.
Ada lagi, penjualan barang-barang tahan lama (durable goods) pada September turun 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan pertama sejak Mei.
Rangkaian data tersebut menjadi justifikasi bahwa perekonomian Negeri Adidaya butuh stimulus, dan itu diharapkan datang dari sisi moneter. Penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu mendorong perekonomian AS dari sisi penawaran.
Namun penurunan suku bunga acuan akan membuat dolar AS menjadi kurang seksi. Sebab imbalan investasi di aset-aset berbasis mata uang ini (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga.
Dengan potensi penurunan suku bunga acuan yang semakin nyata, tekanan yang dialami oleh AS kian bertambah. Aksi jual membuat mata uang ini melemah, dan itu bisa dimanfaatkan oleh rupiah dkk di Asia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pelaku pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan kembali menurunkan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, kans penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% adalah 93%.
Data-data ekonomi Negeri Paman Sam memang kurang menggembirakan. Pembacaan awal indeks sentimen konsumen versi University of Michigan untuk Oktober direvisi ke bawah dari 96 menjadi 95,5. Sub-indeks ekspektasi konsumen terhadap perekonomian ke depan direvisi dari 84,2 menjadi 83,4 sementara sub-indeks keyakinan terhadap kondisi saat ini juga direvisi ke bawah dari 113,4 menjadi 108,5.
Ada lagi, penjualan barang-barang tahan lama (durable goods) pada September turun 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan pertama sejak Mei.
Rangkaian data tersebut menjadi justifikasi bahwa perekonomian Negeri Adidaya butuh stimulus, dan itu diharapkan datang dari sisi moneter. Penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu mendorong perekonomian AS dari sisi penawaran.
Namun penurunan suku bunga acuan akan membuat dolar AS menjadi kurang seksi. Sebab imbalan investasi di aset-aset berbasis mata uang ini (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga.
Dengan potensi penurunan suku bunga acuan yang semakin nyata, tekanan yang dialami oleh AS kian bertambah. Aksi jual membuat mata uang ini melemah, dan itu bisa dimanfaatkan oleh rupiah dkk di Asia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Damai Dagang AS-China Kian Terasa
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular