
The Fed dan Damai Dagang Bikin Rupiah Melayang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 October 2019 10:39

Faktor lain yang membuat investor pede untuk masuk ke pasar keuangan Asia adalah hawa damai dagang AS-China yang semakin terasa. AS-China dikabarkan segera menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Mengutip keterangan tertulis Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representatives), Washington dan Beijing disebut sudah menyepakati sejumlah isu yang spesifik.
"Kedua pihak sudah dekat untuk menyepakati beberapa hal dalam perjanjian. Diskusi tingkat wakil menteri akan terus berlangsung, dan kedua negara akan mengadakan pembicaraan melalui sambungan telepon dalam waktu dekat," ungkap keterangan tertulis itu.
Tidak hanya AS, pihak China pun memberi konfirmasi bahwa diskusi berjalan mulus. Keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China menyebutkan, pembahasan teknis mengenai sejumlah isu bisa dibilang sudah kelar.
China berharap AS menghapus berbagai bea masuk yang dikenakan terhadap produk-produk mereka. Terdekat, China ingin AS membatalkan rencana pengenaan bea masuk terhadap importasi senilai US$ 156 miliar yang berlaku mulai 15 Desember.
Sebagai imbalan, China akan membeli produk pertanian AS dalam jumlah signifikan. AS ingin ada komitmen soal pembelian ini, tetapi China ini agar pembelian disesuaikan dengan kondisi pasar.
Presiden AS Donald Trump, seperti diberitakan Reuters, ingin China membeli produk pertanian Negeri Paman Sam senilai US$ 40-50 miliar per tahun. Namun seorang sumber di lingkungan pengusaha AS mengungkapkan, China mencoba menawarkan pembelian US$ 20 miliar sebagai titik awal negosiasi.
Meski belum ada yang benar-benar pasti 100%, tetapi setidaknya kabar bahwa kesepakatan dagang fase I yang hampir rampung sudah membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Risk appetite meningkat, sehingga arus modal pun bersedia masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibat serbuan arus modal ini, rupiah berhasil menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
"Kedua pihak sudah dekat untuk menyepakati beberapa hal dalam perjanjian. Diskusi tingkat wakil menteri akan terus berlangsung, dan kedua negara akan mengadakan pembicaraan melalui sambungan telepon dalam waktu dekat," ungkap keterangan tertulis itu.
Tidak hanya AS, pihak China pun memberi konfirmasi bahwa diskusi berjalan mulus. Keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China menyebutkan, pembahasan teknis mengenai sejumlah isu bisa dibilang sudah kelar.
China berharap AS menghapus berbagai bea masuk yang dikenakan terhadap produk-produk mereka. Terdekat, China ingin AS membatalkan rencana pengenaan bea masuk terhadap importasi senilai US$ 156 miliar yang berlaku mulai 15 Desember.
Sebagai imbalan, China akan membeli produk pertanian AS dalam jumlah signifikan. AS ingin ada komitmen soal pembelian ini, tetapi China ini agar pembelian disesuaikan dengan kondisi pasar.
Presiden AS Donald Trump, seperti diberitakan Reuters, ingin China membeli produk pertanian Negeri Paman Sam senilai US$ 40-50 miliar per tahun. Namun seorang sumber di lingkungan pengusaha AS mengungkapkan, China mencoba menawarkan pembelian US$ 20 miliar sebagai titik awal negosiasi.
Meski belum ada yang benar-benar pasti 100%, tetapi setidaknya kabar bahwa kesepakatan dagang fase I yang hampir rampung sudah membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Risk appetite meningkat, sehingga arus modal pun bersedia masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibat serbuan arus modal ini, rupiah berhasil menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular