Menanti Suku Bunga BI, IHSG Anteng di Zona Hijau

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 October 2019 12:38
Optimisme BI Pangkas Suku Bunga, Turut Dongkrak IHSG
Foto: Konferensi pers Kebijakan Makroprudensial yang Akomodatif: Penyempurnaan Ketentuan Rasio Intermediasi Makroprudensial serta LTV/ FTV properti dan kendaraan bermotor (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)
Sementara itu, sentimen domestik yang positif berasal dari ekspektasi pelaku pasar bahwa hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) periode Oktober akan kembali memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan.

Untuk diketahui, RDG BI bulan Oktober 2019 dimulai sejak kemarin (23/10/2019) dan dijadwalkan berakhir pada hari ini.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7-Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%. Jika benar terealisasi, maka akan menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun.


Dari total 14 ekonom yang ikut serta dalam survei, sebanyak 10 orang memperkirakan bahwa tingka suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 25 bps. Sedangkan sisanya, yakni 4 ekonom, memproyeksi BI7DRR akan dipertahankan di level saat ini, yakni 5,25%.

Helmi Arman, Ekonom Citi, awalnya memperkirakan penurunan suku bunga acuan baru akan terjadi pada November. Namun dengan hadirnya data neraca perdagangan September, plus ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi yang semakin nyata, sepertinya kebutuhan stimulus moneter sudah lumayan mendesak.

"Dengan defisit transaksi berjalan yang semakin tipis dan sepertinya perlambatan ekonomi semakin terlihat, kami memajukan proyeksi penurunan suku bunga dari November menjadi 24 Oktober. Selepas itu, baru BI akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga acuan," sebutnya.

Analasi dari Bank Mizuho, Zhu Huani, juga menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan suntikan moneter untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lambat.

“Kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat meningkat. Ekspor tetap lesu di tengah pertumbuhan global yang melambat yang kemudian menekan harga komoditas,” tulis Zhu dalam catatan, dilansir CNBC International.

Zu lalu menambahkan bahwa BI mungkin juga ingin mendorong permintaan pinjaman yang saat ini tumbuh terbatas.

Jika suku bunga acuan dipangkas lagi, sektor perbankan tentu semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Jika benar dieksekusi oleh BI, tentunya akan menjadi sentimen positif bagi perekonomian dan juga pasar keuangan tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular