Restrukturisasi Duniatex & KRAS, Ini Penjelasan BRI

Rahajeng Kusumo, CNBC Indonesia
24 October 2019 11:56
Risiko kredit macet Duniatex bagi BBRI.
Foto: Sunarso/Detik

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank beraset terbesar di Indonesia, menegaskan persoalan kredit bermasalah dengan dua debiturnya yakni Duniatex Group dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sudah mendapatkan titik temu dan penyelesaian yakni dengan restrukturisasi.

Hanya saja manajemen BBRI belum menjelaskan secara detail bagaimana mekanisme restrukturisasi dalam hal perubahan suku bunga, besaran pinjaman, dan tenor yang akan direstrukturisasi.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan terkait dengan persoalan tunggakan dari Duniatex Group dan KRAS, perseroan sudah memiliki cadangan yang cukup untuk manajemen risiko.


"Yang paling penting kita berani menetapkan sebagai NPL, kita memiliki cadangan cukup secara risk management enggak ada yang perlu dikhawatirkan," tegasnya, usai paparan kinerja kuartal III-2019, di Kantor Pusat BRI, Jakarta (24/10/2019).

"KRAS sudah sepakat restrukturisasi, kami telah mencadangkan, nanti tergantung hasilnya restrukturisasi. BRI mencadangkan 60%, industri semen dan Duniatex kita cadangkan 100%, tinggal bagaimana untuk merestrukturisasi di perusahaan masing-masing," katanya lagi.

Foto: Dok Duniatex


Sebelumnya manajemen BBRI juga beberapa kali menegaskan bahwa perseroan tak khawatir dengan kabar gagal bayar (default) kupon obligasi pada salah satu perusahaan yang tergabung di Grup Duniatex. Grup ini menjadi salah satu debitur Bank BRI. Nilai kredit yang disalurkan BRI ke Duniatex sekitar Rp 1,4 triliun.


Grup Duniatex merupakan pemain besar di industri tekstil Tanah Air dan punya beberapa unit usaha.

Di sisi lain, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam kesempatan sebelumnya juga mengutarakan tujuan dari restrukturisasi dengan sejumlah kreditor perseroan yakni untuk menyehatkan kondisi keuangan Krakatau Steel beserta beberapa anak usahanya, antara lain Krakatau Wajatama, PT meratus Jaya Iron & Steel, PT KHI Pipe Industries, dan PT Krakatau Engineering.

"Ini adalah bentuk upaya Krakatau Steel dan Anak Perusahaan dalam melakukan restrukturisasi secara menyeluruh dalam rangka menyehatkan kinerja finansial secara berkelanjutan (sustainable)," kata Silmy Karim, Senin (30/9/2019) di Jakarta.

Sebanyak 6 bank melakukan perjanjian adendum yang menyetujui restrukturisasi tersebut antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), BBRI, PT Bank ICBC Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Lebih lanjut Sunarso mengemukakan, secara umum alasan terjadi kenaikan tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) khususnya untuk konsolidasi BRI pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 karena adanya kendala di nasabah segmen korporasi.

"NPL kita naik terutama yang konsolidasi. Penyebabnya adalah nasabah-nasabah di segmen korporasi, beberapa sektor industri yang kira-kira kita nilai menghadapi masalah di industri kita tetapkan sebagai NPL," kata Sunarso.


Sunarso menegaskan beberapa industri yang mendapat perhatian di antaranya industri semen dan industri tekstil.

Hingga akhir September 2019, BRI secara konsolidasian telah menyalurkan kredit senilai Rp 903,14 triliun, tumbuh 11,65%, lebih tinggi dari industri sebesar 8,59% (data OJK bulan Agustus 2019) dengan NPL konsolidasi sebesar 3,08%.

NPL gross BRI tercatat naik menjadi 2,94% dari sebelumnya 2,46%, sementara NPL nett yakni 1,13% dari sebelumnya 1,16%.

BBRI meraih laba bersih Rp 24,78 triliun hingga periode 9 bulan pertama tahun ini atau per 30 September 2019, meningkat 5,36% dibandingkan laba bersih Rp 23,47 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.

"Segmen mikro tumbuh 13,23% yoy dengan proporsinya mencapai sepertiga dari keseluruhan kredit BRI," imbuh Sunarso.

Apabila dirinci, kredit mikro BRI tercatat Rp 301,89 triliun, kredit konsumer BRI Rp 137,29 triliun atau tumbuh 7,85% yoy, dan kredit ritel dan menengah Rp 261,67 triliun atau tumbuh 14,80% yoy. Adapun kredit korporasi BRI Rp 202,30 triliun.

"Jika ditotal, porsi kredit UMKM mencapai 77,60% dari keseluruhan kredit BRI, di mana angka ini berhasil kami tingkatkan secara perlahan dan targetnya proporsi kredit UMKM bisa mencapai 80% di tahun di tahun 2022," ujarnya.


Dirut baru BRI umumkan laba tembus Rp 24,78 T

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/tas) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular