Kabinet Baru Wajib Awas, IMF Bilang Ekonomi Asia Makin Sulit

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 October 2019 15:02
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan melambat lebih dalam dari perkiraan.
Foto: Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan melambat lebih dalam dari perkiraan.

Dalam laporan Prospek Ekonomi Regional yang dirilis Rabu (23/10/2019), IMF mengatakan pertumbuhan di Asia dapat melambat ke 5% pada 2019, turun 0,4% dari proyeksi April. Sementara pada 2020 adalah 5,2%, turun 0,3% dari proyeksi April.


Negara Asia yang diprediksi mencatatkan perlambatan ekonomi yang lebih tajam dari perkiraan di antaranya adalah Hong Kong. Ekonomi kota yang telah dilanda demo besar dalam beberapa bulan terakhir diperkirakan tumbuh 0,3% tahun ini dan 1,5% pada 2020.

Angka itu lebih rendah 2,4% dan 1,5%, masing-masing, daripada proyeksi IMF sebelumnya. Mengutip CNBC International, pada awal bulan ini, kepala eksekutif Carrie Lam mengatakan Hong Kong telah terjerumus ke dalam resesi teknis.


Sejalan dengan Lam, laporan IMF menyebut demo berkepanjangan tersebut menjadi salah satu risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan di wilayah Asia. "Memburuknya situasi sosial politik, misalnya di Hong Kong ... dapat menyebabkan gangguan ekonomi di negara-negara di kawasan dan luar kawasan."

Untuk Korea Selatan, IMF memproyeksikan pertumbuhan dapat turun menjadi 2% tahun ini dan 2,2% pada tahun 2020. Masing-masing turun 0,6% dari yang diperkirakan sebelumnya. Sementara untuk Singapura, IMF memperkirakan ekonominya dapat tumbuh 0,5% tahun ini dan 1% pada tahun 2020. Angka ini lebih rendah 1,8% untuk 2019 dan 1,4% untuk 2020 dibandingkan proyeksi sebelumnya.

Kegiatan ekonomi di wilayah ini juga disebut telah cukup terdampak, terutama di sektor manufaktur. Meski permintaan domestik telah meningkat, investasi dan perdagangan telah melemah secara signifikan, dengan ekspor di pasar negara berkembang Asia menurun sejak akhir 2018.

Penurunan ini umumnya dipengaruhi lemahnya perdagangan regional, terutama dengan China, kata laporan itu. Awal pekan ini, IMF memproyeksikan ekonomi China tumbuh 5,8% tahun depan.

Angka ini lebih lambat dari perkiraan pertumbuhan 6,1% untuk tahun 2019.

"Risiko di kawasan itu termasuk perlambatan yang lebih cepat dari perkiraan di China, memperdalam ketegangan regional seperti hubungan bilateral Jepang dan Korea, meningkatkan risiko geopolitik," kata laporan IMF.

Ini juga dipengaruhi risiko eksternal seperti perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin dalam, dan kacaunya rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Saat ini Brexit diperkirakan akan ditunda lagi.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Ekonomi Dunia Diproyeksi Negatif, Bagaimana Indonesia?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular