
Sri Mulyani Menkeu Lagi, Asing Masuk, Rupiah Seng Ada Lawan!

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup naik 0,43% di level 6.225,49 atau menguat dalam 8 hari beruntun. Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau Selasa kemarin: indeks Shanghai menguat 0,5%, indeks Hang Seng naik 0,23%, indeks Straits Times terapresiasi 0,77%, dan indeks Kospi bertambah 1,16%.
Adapun perdagangan di bursa saham Jepang pada perdagangan Selasa diliburkan seiring dengan penobatan kaisar Jepang. Secara year to date, IHSG hanya naik tipis 0,50% sejak awal tahun.
Data perdagangan BEI mencatat, pada penutupan Selasa kemarin, terjadi beli bersih asing Rp 64,77 miliar, positif dibandingkan dengan perdagangan Senin (21/10) yakni net sell Rp 45,95 miliar di pasar reguler.
Hanya saja di semua pasar masih terjadi net sell Rp 41 miliar, mengingat masih terjadi net sell di pasar nego dan tunai sebesar Rp 106 miliar.
Secara year to date, atau tahun berjalan, asing masih membukukan net sell Rp 18,87 triliun.
Data perdagangan mencatat, saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,29%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+6,53%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (+7,49%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,21%), dan PT Bank Mayapada International Tbk/MAYA (+7,14%).
Adapun lima saham yang masih dilepas asing dengan jumlah besar yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI Rp 70,24 miliar (sahamnya turun 0,68% di Rp 7.325/saham), PT Jasnita Telekomindo Tbk/JAST Rp 8,49 miliar (saham naik 4,27% Rp 1.830/saham) dan PT Astra International Tbk/ASII Rp 42,19 miliar (saham naik 0,37% di Rp 6.750/saham).
Dua saham yang juga dilepas asing lainnya yakni PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR Rp 34,34 miliar (saham naik 1,21% Rp 43.950/saham) dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI Rp 31,95 miliar (saham naik 0,37% Rp 6.825/saham).
Salah satu sentimen positif di pasar berkaitan dengan kejelasan siapa yang akan mengisi pos menteri keuangan pada 2019-2024 di masa kepemimpinan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Dan sosok tersebut adalah Sri Mulyani Indrawati, sesuai dengan ekspektasi beberapa pelaku pasar modal.
Tiba pada Selasa pagi (22/10/2019) di Istana Negara dan setelah bertemu dengan Presiden Jokowi selama sekitar satu setengah jam, Sri Mulyani keluar dan menyampaikan bahwa dirinya diminta untuk tetap menjadi menteri keuangan.
"Pak Presiden minta saya sampaikan ke media untuk tetap menjadi menteri keuangan,"kataSriMulyani di Istana Negara.
![]() |
Pengamat pasar modal Siswa Rizali mengatakan pasar sebetulnya tidak berharap banyak pada pengumuman kabinet ini lantaran sudah ada dugaan sebelumnya akan adanya koalisi dan bagi-bagi 'jatah' menteri pada partai politik pendukung Jokowi.
"Pasar sudah menduga, tapi asal jangan ada kejutan ekstrim, dalam artian, yang baik," katanya kepada CNBC Indonesia.
Dia menyebutkan tren keluarnya investor asing sebetulnya juga berkaitan dengan ekonomi global. "Kalau ekonomi global lesu, saham di mana aja ditinggalin asing, khususnya emerging market. Apalagi yang dianggap berisiko," jelasnya.
"Tapi kalau dilihat YTD [year to date] per September 2019, Indonesia termasuk yang kinerjanya biasa saja [IHSG]. Flat, kurang dari 1%. tapi banyak [bursa] yang lain minus."
LANJUT HALAMAN 2: Rupiah juga menguat
Pada perdagangan Selasa kemarin, kurs rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan sempat melewati Rp 14.000/US$.
Membuka perdagangan Selasa kemarin, rupiah menguat tipis 0,02% di level Rp 14.070/US$. Namun, setelahnya penguatan mata uang Garuda terus terakselarasi hingga 0,59% ke level Rp 13.990/US$ pada tengah hari.
Selepas itu rupiah mengendur, dan terus menipiskan penguatan hingga tersisa 0,26% di level Rp 14.037/US$ di akhir perdagangan. Penguatan tajam pada hari ini, hingga melewati Rp 14.000/US$ tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat penguatan rupiah terpangkas.
Penguatan rupiah pada Selasa kemarin menjadi lebih istimewa setelah rupiah menjadi raja Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning melemah melawan dolar AS. Hingga pukul 16:20 WIB sore kemarin, dolar Taiwan menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,28%.
Menemani rupiah sebagai raja Asia, ada rupee India dan yen Jepang yang menguat tipis 0,03% dan 0,04%.
(tas/sef) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
