
Sri Mulyani Menkeu Lagi, RI Bakal Kebanjiran Dana Asing
Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 October 2019 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) menyebutkan angin segar buat investor dengan kembali terpilihnya Sri Mulyani sebagai menteri keuangan lima tahun ke depan. Hal ini akan membuat iklim investasi di Indonesia menjadi lebih 'adem' dan ramah.
Direktur Utama IBPA Yoyok Isharsaya mengatakan iklim investasi yang membaik ini didorong oleh kondisi perekonimian yang diharapkan lebih baik lagi dengan kembali diatur oleh Sri Mulyani. Hal ini akan membuat nyaman investor, baik investor dalam negeri maupun investor asing.
"Ke depan dengan beliau (Sri Mulyani) sebagai Menkeu, saya optimis akan semakin baik lagi. Sudah teruji dan terbukti seperti yang terjadi saat ini. Investor domestik maupun asing, pasti akan lebih confidence lagi," kata Yoyok kepada CNBC Indonenia, Selasa (22/10/2019).
Dia menyebutkan, hal ini juga akan kembali mengundang banjirnya arus modal masuk (capital inflow) terutama di pasar obligasi yang diterbitkan oleh negara.
"Iya. Saya berpendapat demikian potensi capital inflow di pasar obligasi bakal meningkat," imbuh dia.
Namun, derasnya capital inflow ini bakal meningkatkan porsi kepemilikan asing di surat utang negara (SUN). Menurut data terakhir data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.038,65 triliun SBN, atau 38,85% dari total beredar Rp 2.673 triliun berdasarkan data per 18 Oktober.
Angka itu turut menjadi rekor baru tertinggi sepanjang masa bagi nilai kepemilikan asing.
Nilai kepemilikan asing bertambah Rp 145,4 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,12 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,26 triliun.
Dari segi tingkat imbal hasilnya (yield), Yoyok juga menyebut asing juga masih tertarik dengan pasar dalam di dalam negeri. Sebab, yield surat utang di dalam negeri juga dinilai masih menarik.
Menurut data yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia, harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield yang cukup dalam yaitu 5,2 basis poin (bps) menjadi 6,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
(hps/hps) Next Article Ketika Indonesia Terus Berharap Datangnya Dana Asing
Direktur Utama IBPA Yoyok Isharsaya mengatakan iklim investasi yang membaik ini didorong oleh kondisi perekonimian yang diharapkan lebih baik lagi dengan kembali diatur oleh Sri Mulyani. Hal ini akan membuat nyaman investor, baik investor dalam negeri maupun investor asing.
"Ke depan dengan beliau (Sri Mulyani) sebagai Menkeu, saya optimis akan semakin baik lagi. Sudah teruji dan terbukti seperti yang terjadi saat ini. Investor domestik maupun asing, pasti akan lebih confidence lagi," kata Yoyok kepada CNBC Indonenia, Selasa (22/10/2019).
Dia menyebutkan, hal ini juga akan kembali mengundang banjirnya arus modal masuk (capital inflow) terutama di pasar obligasi yang diterbitkan oleh negara.
Namun, derasnya capital inflow ini bakal meningkatkan porsi kepemilikan asing di surat utang negara (SUN). Menurut data terakhir data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.038,65 triliun SBN, atau 38,85% dari total beredar Rp 2.673 triliun berdasarkan data per 18 Oktober.
Angka itu turut menjadi rekor baru tertinggi sepanjang masa bagi nilai kepemilikan asing.
Nilai kepemilikan asing bertambah Rp 145,4 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,12 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,26 triliun.
Dari segi tingkat imbal hasilnya (yield), Yoyok juga menyebut asing juga masih tertarik dengan pasar dalam di dalam negeri. Sebab, yield surat utang di dalam negeri juga dinilai masih menarik.
Menurut data yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia, harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield yang cukup dalam yaitu 5,2 basis poin (bps) menjadi 6,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
(hps/hps) Next Article Ketika Indonesia Terus Berharap Datangnya Dana Asing
Most Popular