Sri Mulyani Effect? Reli Pasar SUN Terus Berlanjut

Penguatan ternyata masih didukung oleh probabilitas penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yaitu Fed Fund Rate (FFR) pada akhir bulan ini sampai akhir tahun serta euforia pembentukan kabinet pemerintahan baru di Indonesia.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu memperpanjang reli penguatan harga yang terjadi sejak 2 pekan lalu sehingga membukukan tren 8 hari berturut-turut yang didukung masuknya investor asing hingga mencetak rekor baru lagi pada akhir pekan lalu. Meskipun obligasi domestik menguat, pergerakan positif pasar SUN tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield yang cukup dalam yaitu 5,2 basis poin (bps) menjadi 6,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini Sri Mulyani Indrawati dipanggil Presiden Joko Widodo dan diminta untuk menjadi Menteri Keuangan pada kabinet periode 2019-2024. Ini meningkatkan ekspektasi pelaku pasar SUN, pengelolaan keuangan negara bisa ditangani dengan baik oleh Sri Mulyani.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Okt'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 21 Okt'19 (%) | Yield 22 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 21 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.634 | 6.582 | -5.20 | 6.5499 |
FR0078 | 10 tahun | 7.128 | 7.111 | -1.70 | 7.0799 |
FR0068 | 15 tahun | 7.589 | 7.584 | -0.50 | 7.5533 |
FR0079 | 20 tahun | 7.78 | 7.794 | 1.40 | 7.7473 |
Sumber: Refinitiv
Potensi penurunan FFR ditunjukkan dari ekspektasi pelaku pasar global melalui survei CME Fedwatch yang menunjukkan potensi penurunan suku bunga pada akhir bulan ini sebesar 90,9% sedangkan yang memprediksi suku bunga akan tetap di posisi yang sama hanya 9,1%.
Bahkan, saat ini pelaku pasar memprediksi akan ada penurunan suku bunga sekali lagi setelah Oktober, tepatnya pada Desember, meskipun probabilitasnya masih kecil yaitu 24,1%. Sisanya 69,1% memprediksi suku bunga akan diturunkan sekali jika tidak jadi turun Oktober, dan hanya 6,7% yang memprediksi akan tetap di level yang sama seperti sekarang yaitu 1,75%-2%.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, menyempit dari posisi kemarin 533 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,1 bps hingga 1,8% dari posisi kemarin 1,79%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 3 tahun-5 tahun, 3 bulan-10 tahun, dan 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 16 Okt'19
Seri | Benchmark | Yield 16 Okt'19 (%) | Yield 17 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.669 | 1.659 | 3 bulan-5 tahun | 8.7 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.585 | 1.59 | 2 tahun-5 tahun | 1.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.565 | 1.571 | 3 tahun-5 tahun | -0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.566 | 1.572 | 3 bulan-10 tahun | -9.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.746 | 1.754 | 2 tahun-10 tahun | -16.4 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.038,65 triliun SBN, atau 38,85% dari total beredar Rp 2.673 triliun berdasarkan data per 18 Oktober. Angka itu turut menjadi rekor baru tertinggi sepanjang masa bagi nilai kepemilikan asing.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 145,4 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,12 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,26 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas yang terkoreksi 0,24% sedangkan rupiah di pasar valas masih menguat 0,28%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 21 Okt'19 (%) | Yield 22 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.53 | 6.555 | 2.50 |
China | 3.215 | 3.223 | 0.80 |
Jerman | -0.345 | -0.346 | -0.10 |
Prancis | -0.045 | -0.039 | 0.60 |
Inggris | 0.752 | 0.747 | -0.50 |
India | 6.691 | 6.708 | 1.70 |
Jepang | -0.134 | -0.126 | 0.80 |
Malaysia | 3.424 | 3.423 | -0.10 |
Filipina | 4.555 | 4.568 | 1.30 |
Rusia | 6.58 | 6.53 | -5.00 |
Singapura | 1.732 | 1.754 | 2.20 |
Thailand | 1.59 | 1.6 | 1.00 |
Amerika Serikat | 1.792 | 1.803 | 1.10 |
Afrika Selatan | 8.275 | 8.265 | -1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor