Harga Surat Utang Negara Naik Lagi, Reli Pun Belum Terhenti

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 October 2019 11:21
Penguatan SUN juga searah dengan naiknya harga surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada awal perdagangan pagi ini di tengah sentimen positif dari lancarnya pelatikan presiden dan wakil presiden kemarin serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan masih derasnya dana investor asing ke pasar efek utang hingga Kamis pekan lalu yang menembus rekor baru lagi. Meningkatnya harga obligasi juga membuat reli yang terjadi sejak Jumat 2 pekan lalu semakin panjang dan berpotensi membentuk tren penguatan 7 hari jika hari ini penguatan harga masih bertahan.

Penguatan SUN juga searah dengan naiknya harga surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 1 basis poin (bps) menjadi 7,77%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) meningkat hingga saat ini menjelang siang, tercermin dari naiknya ekspektasi pelaku pasar terkait potensi penurunan Fed Fund Rate yang dipoling dalam CME Fedwatch menjadi 91,4% dari posisi pekan lalu hanya 67,3%.

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 19 Okt'19 (%)

Yield 21 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 19 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.639

6.635

-0.40

6.5932

FR0078

10 tahun

7.136

7.133

-0.30

7.1175

FR0068

15 tahun

7.585

7.589

0.40

7.5729

FR0079

20 tahun

7.784

7.774

-1.00

7.7681

Sumber: Refinitiv

 

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, menyempit dari posisi akhir pekan lalu 538 bps. Yield US Treasury 10 tahun masih naik 0,5 bps hingga 1,755% dari posisi akhir pekan lalu 1,75%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 tahun-5 tahun yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang mulai hilang, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 18 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 19 Okt'19 (%)

Yield 21 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.671

1.671

3 bulan-5 tahun

10.2

UST 2020

2 Tahun

1.576

1.584

2 tahun-5 tahun

1.5

UST 2021

3 Tahun

1.555

1.561

3 tahun-5 tahun

-0.8

UST 2023

5 Tahun

1.559

1.569

3 bulan-10 tahun

-8.6

UST 2028

10 Tahun

1.75

1.757

2 tahun-10 tahun

-17.3

Sumber: Refinitiv


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.036,54 triliun SBN, atau 38,77% dari total beredar Rp 2.673 triliun berdasarkan data per 17 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 143,29 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,01 triliun, dan sejak awal bulan masih tercatat surplus Rp 7,15 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,43% meskipun rupiah di pasar valas masih stagnan.

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Di negara maju sebaliknya, di mana harga obligasi mayoritas negara-negara dengan ekonomi yang dianggap lebih baik itu masih terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut naik.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 19 Okt'19 (%)

Yield 21 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.57

6.57

0.00

China

3.193

3.205

1.20

Jerman

-0.386

-0.38

0.60

Prancis

-0.084

-0.077

0.70

Inggris

0.71

0.711

0.10

India

6.7

6.692

-0.80

Jepang

-0.147

-0.137

1.00

Malaysia

3.413

3.424

1.10

Filipina

4.568

4.568

0.00

Rusia

6.66

6.58

-8.00

Singapura

1.729

1.727

-0.20

Thailand

1.58

1.57

-1.00

Amerika Serikat

1.75

1.755

0.50

Afrika Selatan

8.26

8.24

-2.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular