
Kurang Likuid, Kinerja Saham Asuransi RI Tak Cihuy!
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 October 2019 11:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham dari sub sektor asuransi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia boleh dibilang tidak begitu atraktif. Hampir semua saham perusahaan asuransi domestik tidak likuid atau jarang ditransaksikan investor.
Padahal potensi pertumbuhan industri asuransi domestik boleh dibilang sangat besar karena ceruk pasar masih luas dan belum banyak masyarakat memanfaatkan asuransi sebagai instrumen proteksi.
Hari ini, 18 Oktober 2019 bertepatan dengan peringatan Hari Asuransi Nasional Indonesia. CNBC Indonesia mencoba mereview seperti apa kinerja saham dan fundamental perusahaan asuransi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut di tahun 2018, total premi industri asuransi hanya tumbuh 9%. Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tumbuh 12,88%.
Lesunya pertumbuhan industri asuransi membuat investor menarik diri dari berinvestasi di sektor tersebut.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin (17/10/2019), dari 16 emiten asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), 9 di antaranya mencatatkan imbal hasil negatif. Kemudian, mayoritas kapitalisasi pasar emiten asuransi di bawah 1 triliun.
Lebih lanjut, emiten asuransi yang mencatatkan penurunan harga saham paling dalam adalah PT Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) yang terkoreksi 49,44%, dari Rp 360/unit saham di akhir Desember 2018, menjadi Rp 182/unit saham di 17 Oktober 2019.
Kemudian disusul oleh PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI) yang membukukan penurunan masing-masing 20% dan 19,02%.
Meskipun demikian, ada emiten asuransi yang mampu mencatatkan imbal hasil dua digit, yakni PT Asuransi Kresna Mitra Tbk (ASMI) yang melesat 39,29%, PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI) yang naik 27,87%, dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) yang menguat 24,55%.
Sementara itu, emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar dicatatkan oleh anak usaha Grup Sinarmas, yakni PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (JMAS) dengan nilai sebesar Rp 12,39 triliun.
Di lain pihak, dari 16 emiten asuransi, hanya 1 emiten yang sepanjang paruh pertama 2019 membukukan rapor merah, yakni AHAP, dengan jumlah rugi bersih sebesar Rp 32 miliar.
Sedangkan emiten yang menorehkan keuntungan paling tinggi adalah PT Paninvest Tbk (PNIN) dengan perolehan laba Rp 690 miliar. PNIN juga menjadi jawara dari sisi total aset dengan perolehan sebesar Rp 31,08 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Ada 15 Emiten Asuransi di Bursa tapi Tak Likuid, Kenapa?
Padahal potensi pertumbuhan industri asuransi domestik boleh dibilang sangat besar karena ceruk pasar masih luas dan belum banyak masyarakat memanfaatkan asuransi sebagai instrumen proteksi.
Hari ini, 18 Oktober 2019 bertepatan dengan peringatan Hari Asuransi Nasional Indonesia. CNBC Indonesia mencoba mereview seperti apa kinerja saham dan fundamental perusahaan asuransi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut di tahun 2018, total premi industri asuransi hanya tumbuh 9%. Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tumbuh 12,88%.
Lesunya pertumbuhan industri asuransi membuat investor menarik diri dari berinvestasi di sektor tersebut.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin (17/10/2019), dari 16 emiten asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), 9 di antaranya mencatatkan imbal hasil negatif. Kemudian, mayoritas kapitalisasi pasar emiten asuransi di bawah 1 triliun.
![]() |
Lebih lanjut, emiten asuransi yang mencatatkan penurunan harga saham paling dalam adalah PT Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) yang terkoreksi 49,44%, dari Rp 360/unit saham di akhir Desember 2018, menjadi Rp 182/unit saham di 17 Oktober 2019.
Kemudian disusul oleh PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI) yang membukukan penurunan masing-masing 20% dan 19,02%.
Meskipun demikian, ada emiten asuransi yang mampu mencatatkan imbal hasil dua digit, yakni PT Asuransi Kresna Mitra Tbk (ASMI) yang melesat 39,29%, PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI) yang naik 27,87%, dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) yang menguat 24,55%.
Sementara itu, emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar dicatatkan oleh anak usaha Grup Sinarmas, yakni PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (JMAS) dengan nilai sebesar Rp 12,39 triliun.
Di lain pihak, dari 16 emiten asuransi, hanya 1 emiten yang sepanjang paruh pertama 2019 membukukan rapor merah, yakni AHAP, dengan jumlah rugi bersih sebesar Rp 32 miliar.
Sedangkan emiten yang menorehkan keuntungan paling tinggi adalah PT Paninvest Tbk (PNIN) dengan perolehan laba Rp 690 miliar. PNIN juga menjadi jawara dari sisi total aset dengan perolehan sebesar Rp 31,08 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Ada 15 Emiten Asuransi di Bursa tapi Tak Likuid, Kenapa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular