
Asing Masih Galau! Ini Sederet Saham yang Dilepas
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
18 October 2019 10:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja bursa saham domestik pada perdagangan pagi ini, Jumat (18/10/2019) masih belum stabil. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang dibuka dari zona hijau, tapi investor asing masih keluar (net sell) dan membuat IHSG sempat merosot ke zona merah.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, investor asing tercatat membukukan nilai net sell sebesar Rp 15,85 miliar di seluruh pasar. Sementara di pasar regular net sell asing tercatat sebesar Rp 17,09 miliar.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) paling banyak dilepas asing pagi ini, senilai Rp 1,56 miliar. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga dilepas senilai Rp 914,28 juta.
Selanjutnya saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dilepas asing Rp 835,21 juta, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (PNMX) dilepas Rp 817,18 juta dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dijual asing senilai Rp 375,9 juta.
IHSG rupanya tak sendiri berbalik ke zona merah. Bursa-bursa utama Asia juga berbalik ke zona merah. Bursa Hong Kong merah, turun 0,11% dan bursa China turun 0,09%.
Perlambatan ekonomi dunia masih menjadi pemicu utama investor asing keluar dari bursa saham domestik. Setelah AS mengumumkan produksi industrinya turun, giliran China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan.
Pada pagi hari ini, China mengumumkan bahwa perekonomiannya hanya tumbuh di level 6% secara tahunan pada kuartal III-2019, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,1%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 juga lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2%.
Untuk diketahui, laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2% merupakan laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Perang dagang dengan AS terbukti sudah sangat menyakiti perekonomian China. Dalam perang dagang yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun tersebut, AS telah mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China senilai ratusan miliar, begitu pula sebaliknya.
Bursa saham Asia sukses menghijau seiring dengan adanya optimisme bahwa AS dan China bisa segera mengakhiri perang dagang antar keduanya.
Pada pekan lalu, kedua negara menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington. Dalam negosiasi tingkat tinggi ini, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Kepala Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ikut berpartisipasi dalam delegasi yang dipimpin oleh Lighthizer.
Pascanegosiasi dagang tingkat tinggi selama dua hari tersebut, kedua negara menyetujui kesepakatan dagang tahap satu. Kesepakatan ini akan menjadi jawaban dari kritik AS terhadap China seputar praktik pencurian kekayaan intelektual.
Selain itu, permasalahan defisit neraca dagang AS dengan China juga akan dijawab melalui kesepakatan dagang tahap satu, seiring dengan dimasukannya komitmen China untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar.
Sebagai gantinya, AS setuju untuk membatalkan pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang sedianya akan dieksekusi pada pekan ini.
(hps/tas) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, investor asing tercatat membukukan nilai net sell sebesar Rp 15,85 miliar di seluruh pasar. Sementara di pasar regular net sell asing tercatat sebesar Rp 17,09 miliar.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) paling banyak dilepas asing pagi ini, senilai Rp 1,56 miliar. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga dilepas senilai Rp 914,28 juta.
Selanjutnya saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dilepas asing Rp 835,21 juta, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (PNMX) dilepas Rp 817,18 juta dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dijual asing senilai Rp 375,9 juta.
IHSG rupanya tak sendiri berbalik ke zona merah. Bursa-bursa utama Asia juga berbalik ke zona merah. Bursa Hong Kong merah, turun 0,11% dan bursa China turun 0,09%.
Perlambatan ekonomi dunia masih menjadi pemicu utama investor asing keluar dari bursa saham domestik. Setelah AS mengumumkan produksi industrinya turun, giliran China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan.
Pada pagi hari ini, China mengumumkan bahwa perekonomiannya hanya tumbuh di level 6% secara tahunan pada kuartal III-2019, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,1%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 juga lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2%.
Untuk diketahui, laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2% merupakan laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Perang dagang dengan AS terbukti sudah sangat menyakiti perekonomian China. Dalam perang dagang yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun tersebut, AS telah mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China senilai ratusan miliar, begitu pula sebaliknya.
Bursa saham Asia sukses menghijau seiring dengan adanya optimisme bahwa AS dan China bisa segera mengakhiri perang dagang antar keduanya.
![]() |
Pada pekan lalu, kedua negara menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington. Dalam negosiasi tingkat tinggi ini, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Kepala Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ikut berpartisipasi dalam delegasi yang dipimpin oleh Lighthizer.
Pascanegosiasi dagang tingkat tinggi selama dua hari tersebut, kedua negara menyetujui kesepakatan dagang tahap satu. Kesepakatan ini akan menjadi jawaban dari kritik AS terhadap China seputar praktik pencurian kekayaan intelektual.
Selain itu, permasalahan defisit neraca dagang AS dengan China juga akan dijawab melalui kesepakatan dagang tahap satu, seiring dengan dimasukannya komitmen China untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar.
Sebagai gantinya, AS setuju untuk membatalkan pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang sedianya akan dieksekusi pada pekan ini.
(hps/tas) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Most Popular