Ekonomi China Amburadul, Kok Bursa Saham Asia Malah Hijau?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 October 2019 10:09
Kesepakatan Dagang Tetap Diteken, No-Deal Brexit Bisa DIhindari
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Memang, sebelumnya pelaku pasar sempat ragu bahwa AS dan China akan benar-benar menandatangani kesepakatan dagang tahap satu yang sudah disetujui secara lisan oleh keduanya dalam negosiasi tingkat tinggi di Washington pada pekan lalu.

Melansir CNBC International, seorang sumber menyebut bahwa China ingin bernegosiasi lebih lanjut dengan AS sebelum meneken kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara. Sumber tersebut kemudian menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He bisa dikirim ke Washington sebelum akhir bulan ini guna meluruskan poin-poin dalam kesepakatan dagang tahap satu yang masih mengganjal di hati pihak China.

Namun, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin kemudian membawa angin segar dengan membantah pemberitaan tersebut. Dirinya membantah bahwa China belum setuju dengan isi dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara.

Mnuchin justru mengungkapkan bahwa negosiator dagang dari AS dan China kini tengah bekerja untuk memfinalisasikan teks kesepakatan dagang tahap satu untuk kemudian ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kala keduanya bertemu pada bulan depan dalam gelara KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).

Lebih lanjut, perkembangan seputar proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang menggembirakan ikut memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin (17/10/2019), Inggris dan Uni Eropa berhasil menyepakati draf terkait Brexit yang baru pasca menggelar perbincangan selama 11 jam.

Memang, hingga saat ini ada kekhawatiran bahwa draf tersebut akan ditolak di parlemen. Namun setidaknya, disepakatinya draf terkait Brexit yang baru membuat pelaku pasar kembali optimistis bahwa Inggris dan Uni Eropa bisa berpisah secara baik-baik.

Sebelumnya, Bank of England yang merupakan bank sentral Inggris telah memperingatkan bahwa no-deal Brexit bisa mendorong Inggris jatuh ke jurang resesi.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Pada kuartal II-2019, perekonomian Inggris tercatat jatuh sebesar 0,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter). Jika di kuartal III-2019 tetap terjadi kontraksi, maka Inggris akan resmi masuk ke jurang resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular