
Wow! Saham Tower Bersama Ditransaksikan Jumbo Lagi Rp 536 M
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 October 2019 18:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) ditransaksikan jumbo lagi di pasar negosiasi senilai Rp 536,53 miliar pada perdagangan hari ini, Kamis (17/10/2019). Nilai transaksi itu 8 kali nilai transaksi di pasar reguler yang hanya Rp 67,08 miliar.
Transaksi negosiasi jumbo sudah terjadi setidaknya tiga kali di tahun 2019 ini.
Data transaksi perdagangan saham hari ini (17/10/19) menunjukkan saham tersebut ditransaksikan dalam tiga transaksi pada periode pasca-penutupan (after closing), dan salah satu yang terbesar dilakukan senilai Rp 523,83 miliar. Ketiga transaksi terindikasi transaksi crossing tutup sendiri karena terjadi di antara dua sekuritas yang sama antara penjual dan pembelinya.
Pasar negosiasi adalah satu dari tiga jenis transaksi di bursa saham, di mana jenis transaksi lain yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, dan pasar tunai.
Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot.
Sebaliknya, transaksi besar yang dilakukan di pasar negosiasi biasanya melibatkan pemilik atau pemegang saham besar yang tidak ingin merusak harga di pasar reguler.
Pertama, transaksi di pasar negosiasi yang terjadi pada pukul 16.02:09 dan difasilitasi perusahaan efek PT Indo Premier Sekuritas yang berkode broker PD, baik jual maupun belinya.
Transaksi itu melibatkan 77,03 juta saham di harga Rp 6.800/saham, 3,42% di atas harga penutupan di pasar reguler, atau berarti ada premium dari harga pasar regulernya Rp 6.575/saham dan menciptakan nilai transaksi Rp 523,83 miliar. Transaksi itu melibatkan investor domestik sebagai penjual dan pembelinya adalah investor asing.
Kedua, perdagangan saham TBIG yang dilakukan pada pukul 16.02:55 sebanyak 1,8 juta saham di harga Rp 6.538/unit yang difasilitasi perusahaan efek PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia. Nilai transaksi yang terbentuk dari perdagangan saham itu adalah Rp 11,8 miliar.
Harga saham yang digunakan dalam transaksi tersebut justru mencerminkan adanya diskon atau lebih kecil sebesar 0,56% dari harga pasar. Transaksi itu juga melibatkan investor domestik sebagai penjual dan pembelinya adalah investor asing.
Ketiga, jual-beli saham anak usaha Saratoga Capital yang dilakukan melalui PT CLSA Sekuritas Indonesia pada 16.06. Perdagangan efek ekuitas dalam jumlah paling kecil di antara ketiga transaksi negosiasi itu melibatkan 134.000 saham di harga Rp 6.716/unit sehingga menelurkan nilai transaksi Rp 899,94 juta. Transaksi itu juga melibatkan investor asing sebagai penjual, sedangkan pembelinya justru investor domestik.
Laporan pemegang saham TBIG pada akhir Juni menunjukkan pemegang saham perseroan yang jumlahnya di atas 5% atau lebih tepatnya 269 juta saham atau lebih hanya dua pihak.
Keduanya adalah PT Wahana Anugerah Sejahtera dengan porsi 29,43% dan kepemilikan 1,33 miliar saham serta PT Provident Capital Indonesia dengan porsi 25,52% dengan kepemilikan 1,15 miliar saham.
Wahana adalah anak usaha langsung PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dengan kepemilikan 99,85%. SRTG adalah induk dari kelompok usaha Saratoga Capital yang didirikan Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno.
Di sisi lain, Provident Capital adalah perusahaan private equity berkedudukan di Singapura milik mantan head of investment banking Citigroup Global Markets di Indonesia bernama Winato Kartono.
Dia mendirikan Provident Capital sejak 2004. Bersama SRTG, Winato ikut berinvestasi dalam berbagai proyek seperti Tower Bersama, PT Provident Agro Tbk (PALM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Proyek lain Provident Capital adalah JD.ID dan Provident Biofuels.
Dengan adanya nilai transaksi jumbo TBIG, hari ini transaksi negosiasi di pasar saham mencapai Rp 9,27 triliun yang terdiri dari transaksi reguler Rp 6,68 triliun, transaksi negosiasi Rp 2,58 triliun, dan tunai Rp 1,9 juta.
Dengan transaksi hari ini, tahun ini setidaknya saham TBIG pernah ditransaksikan dalam jumlah raksasa di pasar negosiasi sebanyak tiga kali. Dua transaksi negosiasi jumbo lain terjadi Rp 1,07 triliun pada 19 Juli dan Rp 1,23 triliun pada 2 Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Wuih! Ada yang Beli Saham Emiten Sandiaga Uno Rp 3 T Lebih
Transaksi negosiasi jumbo sudah terjadi setidaknya tiga kali di tahun 2019 ini.
Data transaksi perdagangan saham hari ini (17/10/19) menunjukkan saham tersebut ditransaksikan dalam tiga transaksi pada periode pasca-penutupan (after closing), dan salah satu yang terbesar dilakukan senilai Rp 523,83 miliar. Ketiga transaksi terindikasi transaksi crossing tutup sendiri karena terjadi di antara dua sekuritas yang sama antara penjual dan pembelinya.
Pasar negosiasi adalah satu dari tiga jenis transaksi di bursa saham, di mana jenis transaksi lain yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, dan pasar tunai.
Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot.
Sebaliknya, transaksi besar yang dilakukan di pasar negosiasi biasanya melibatkan pemilik atau pemegang saham besar yang tidak ingin merusak harga di pasar reguler.
Pertama, transaksi di pasar negosiasi yang terjadi pada pukul 16.02:09 dan difasilitasi perusahaan efek PT Indo Premier Sekuritas yang berkode broker PD, baik jual maupun belinya.
Transaksi itu melibatkan 77,03 juta saham di harga Rp 6.800/saham, 3,42% di atas harga penutupan di pasar reguler, atau berarti ada premium dari harga pasar regulernya Rp 6.575/saham dan menciptakan nilai transaksi Rp 523,83 miliar. Transaksi itu melibatkan investor domestik sebagai penjual dan pembelinya adalah investor asing.
Kedua, perdagangan saham TBIG yang dilakukan pada pukul 16.02:55 sebanyak 1,8 juta saham di harga Rp 6.538/unit yang difasilitasi perusahaan efek PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia. Nilai transaksi yang terbentuk dari perdagangan saham itu adalah Rp 11,8 miliar.
Harga saham yang digunakan dalam transaksi tersebut justru mencerminkan adanya diskon atau lebih kecil sebesar 0,56% dari harga pasar. Transaksi itu juga melibatkan investor domestik sebagai penjual dan pembelinya adalah investor asing.
Ketiga, jual-beli saham anak usaha Saratoga Capital yang dilakukan melalui PT CLSA Sekuritas Indonesia pada 16.06. Perdagangan efek ekuitas dalam jumlah paling kecil di antara ketiga transaksi negosiasi itu melibatkan 134.000 saham di harga Rp 6.716/unit sehingga menelurkan nilai transaksi Rp 899,94 juta. Transaksi itu juga melibatkan investor asing sebagai penjual, sedangkan pembelinya justru investor domestik.
Laporan pemegang saham TBIG pada akhir Juni menunjukkan pemegang saham perseroan yang jumlahnya di atas 5% atau lebih tepatnya 269 juta saham atau lebih hanya dua pihak.
Keduanya adalah PT Wahana Anugerah Sejahtera dengan porsi 29,43% dan kepemilikan 1,33 miliar saham serta PT Provident Capital Indonesia dengan porsi 25,52% dengan kepemilikan 1,15 miliar saham.
Wahana adalah anak usaha langsung PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dengan kepemilikan 99,85%. SRTG adalah induk dari kelompok usaha Saratoga Capital yang didirikan Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno.
Di sisi lain, Provident Capital adalah perusahaan private equity berkedudukan di Singapura milik mantan head of investment banking Citigroup Global Markets di Indonesia bernama Winato Kartono.
Dia mendirikan Provident Capital sejak 2004. Bersama SRTG, Winato ikut berinvestasi dalam berbagai proyek seperti Tower Bersama, PT Provident Agro Tbk (PALM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Proyek lain Provident Capital adalah JD.ID dan Provident Biofuels.
Dengan adanya nilai transaksi jumbo TBIG, hari ini transaksi negosiasi di pasar saham mencapai Rp 9,27 triliun yang terdiri dari transaksi reguler Rp 6,68 triliun, transaksi negosiasi Rp 2,58 triliun, dan tunai Rp 1,9 juta.
Dengan transaksi hari ini, tahun ini setidaknya saham TBIG pernah ditransaksikan dalam jumlah raksasa di pasar negosiasi sebanyak tiga kali. Dua transaksi negosiasi jumbo lain terjadi Rp 1,07 triliun pada 19 Juli dan Rp 1,23 triliun pada 2 Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Wuih! Ada yang Beli Saham Emiten Sandiaga Uno Rp 3 T Lebih
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular