
Laba Q3-2019 Drop, Saham UNVR Langsung Nyungsep
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
17 October 2019 16:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) langsung drop 1,86% ke level Rp 44.750/unit, merespons laporan keuangan perseroan yang kurang memuaskan. Laba bersih perseroan drop 24% pada kuartal III-2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam 9 bulan pertama tahun ini, total pemasukan perusahaan hanya tumbuh 2,63% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 32,36 triliun dari sebelumnya Rp 31,53 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika ditelaah lebih dalam, segmen usaha kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh perusahaan sejatinya mencatatkan kenaikan 4,46% YoY ke level Rp 22,35 triliun. Namun sayangnya segmen usaha makan dan minuman menorehkan pertumbuhan negatif 1,23% YoY menjadi Rp 10,02 triliun.
Kemudian, pos-pos beban utama UNVR, di antaranya beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum, juga tercatat relatif stabil sehingga tidak terlalu menekan kinerja bottom line perusahaan.
Meskipun demikian, terlihat bahwa pada laporan keuangan kali ini adalah laba bersih perusahaan terkoreksi cukup dalam hingga dua digit, yakni sebesar 24,37% secara tahunan. Padahal sepanjang semester I-2019, laba bersih UNVR masih dapat tumbuh 5,21% YoY.
Total keuntungan yang mampu dikantongi UNVR hingga akhir September 2019 hanya sebesar Rp 5,51 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 7,29 triliun. Alhasil, marjin bersih perusahaan turun ke level 17,03% dari sebelumnya 23,1%.
Lebih lanjut, penyebab utama laba perusahaan tertekan adalah karena pada periode kali ini pos pendapatan lainnya hanya membukukan pemasukan Rp 2,17 miliar, di mana per akhir September 2018 pos pendapatan lainnya tercatat sebesar Rp 2,84 triliun.
Penurunan signifikan tersebut dikarenakan pada 2 Juli 2018, UNVR menorehkan keuntungan dari transaksi penjualan aset tak berwujud untuk kategori 'Spreads' dengan PT Upfield Consulting Indonesia dengan nilai keuntungan mencapai Rp 2,66 triliun.
Aset tak berwujud yang dimaksud termasuk hak untuk mendistribusikan produk dengan merek dagang global dan lokal, serta daftar pelanggan di Indonesia.
Dengan perolehan kinerja yang kurang ciamik, investor terlihat melepas saham perusahaan, di mana pada penutupan perdagangan hari ini (17/10/2019) harga saham UNVR membukukan koreksi 1,86% ke level Rp 44.750/unit saham.
Di lain pihak, dari sisi neraca perusahaan, total aset per 30 September 2019 tercatat sebesar Rp 20,81 triliun dari Rp 20,33 triliun di akhir Desember 2018.
Sedangkan total utang dan ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk masing-masing membukukan nilai sebesar Rp 13,93 triliun dan Rp 6,89 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Stock Split, Harga UNVR Nyungsep tapi Diborong Asing
Dalam 9 bulan pertama tahun ini, total pemasukan perusahaan hanya tumbuh 2,63% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 32,36 triliun dari sebelumnya Rp 31,53 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika ditelaah lebih dalam, segmen usaha kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh perusahaan sejatinya mencatatkan kenaikan 4,46% YoY ke level Rp 22,35 triliun. Namun sayangnya segmen usaha makan dan minuman menorehkan pertumbuhan negatif 1,23% YoY menjadi Rp 10,02 triliun.
Kemudian, pos-pos beban utama UNVR, di antaranya beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum, juga tercatat relatif stabil sehingga tidak terlalu menekan kinerja bottom line perusahaan.
Meskipun demikian, terlihat bahwa pada laporan keuangan kali ini adalah laba bersih perusahaan terkoreksi cukup dalam hingga dua digit, yakni sebesar 24,37% secara tahunan. Padahal sepanjang semester I-2019, laba bersih UNVR masih dapat tumbuh 5,21% YoY.
Total keuntungan yang mampu dikantongi UNVR hingga akhir September 2019 hanya sebesar Rp 5,51 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 7,29 triliun. Alhasil, marjin bersih perusahaan turun ke level 17,03% dari sebelumnya 23,1%.
Lebih lanjut, penyebab utama laba perusahaan tertekan adalah karena pada periode kali ini pos pendapatan lainnya hanya membukukan pemasukan Rp 2,17 miliar, di mana per akhir September 2018 pos pendapatan lainnya tercatat sebesar Rp 2,84 triliun.
Penurunan signifikan tersebut dikarenakan pada 2 Juli 2018, UNVR menorehkan keuntungan dari transaksi penjualan aset tak berwujud untuk kategori 'Spreads' dengan PT Upfield Consulting Indonesia dengan nilai keuntungan mencapai Rp 2,66 triliun.
Aset tak berwujud yang dimaksud termasuk hak untuk mendistribusikan produk dengan merek dagang global dan lokal, serta daftar pelanggan di Indonesia.
Dengan perolehan kinerja yang kurang ciamik, investor terlihat melepas saham perusahaan, di mana pada penutupan perdagangan hari ini (17/10/2019) harga saham UNVR membukukan koreksi 1,86% ke level Rp 44.750/unit saham.
Di lain pihak, dari sisi neraca perusahaan, total aset per 30 September 2019 tercatat sebesar Rp 20,81 triliun dari Rp 20,33 triliun di akhir Desember 2018.
Sedangkan total utang dan ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk masing-masing membukukan nilai sebesar Rp 13,93 triliun dan Rp 6,89 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Stock Split, Harga UNVR Nyungsep tapi Diborong Asing
Most Popular