
Fed Funds Rate Berpotensi Dipangkas, Pasar SUN Semarak!

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan pasar surat utang pemerintah negara lain yang justru terkoreksi.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield) yang sekaligus memperpanjang tren reli harga yang relatif sudah terbentuk dari penguatan beruntun sejak akhir pekan lalu.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 3 basis poin (bps) menjadi 7,78%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 17 Okt'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 16 Okt'19 (%) | Yield 17 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 16 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.637 | 6.631 | -0.60 | 6.5918 |
FR0078 | 10 tahun | 7.181 | 7.154 | -2.70 | 7.1589 |
FR0068 | 15 tahun | 7.609 | 7.597 | -1.20 | 7.5786 |
FR0079 | 20 tahun | 7.818 | 7.788 | -3.00 | 7.7797 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 542 bps, menyempit dari posisi kemarin 543 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 1,1 bps hingga 1,73% dari posisi kemarin 1,74%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 tahun-5 tahun yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Inversi yield pada tenor 3 bulan-10 tahun mulai menjauh dan tidak terjadi lagi seiring dengan risiko resesi yang semakin menjauh seiring dengan potensi penurunan suku bunga AS.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 16 Okt'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 16 Okt'19 (%) | Yield 17 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.669 | 1.664 | 3 bulan-5 tahun | 10.8 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.586 | 1.584 | 2 tahun-5 tahun | 2.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.565 | 1.563 | 3 tahun-5 tahun | 0.7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.566 | 1.556 | 3 bulan-10 tahun | -7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.745 | 1.734 | 2 tahun-10 tahun | -15 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.032,05 triliun SBN, atau 38,68% dari total beredar Rp 2.668 triliun berdasarkan data per 15 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 138,8 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,48 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 2,66 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,17% dan 0,03%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 16 Okt'19 (%) | Yield 17 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.75 | 6.64 | -11.00 |
China | 3.189 | 3.197 | 0.80 |
Jerman | -0.391 | -0.388 | 0.30 |
Prancis | -0.14 | -0.136 | 0.40 |
Inggris | 0.715 | 0.706 | -0.90 |
India | 6.649 | 6.656 | 0.70 |
Jepang | -0.161 | -0.145 | 1.60 |
Malaysia | 3.426 | 3.424 | -0.20 |
Filipina | 4.604 | 4.616 | 1.20 |
Rusia | 6.65 | 6.67 | 2.00 |
Singapura | 1.702 | 1.718 | 1.60 |
Thailand | 1.555 | 1.56 | 0.50 |
Amerika Serikat | 1.745 | 1.734 | -1.10 |
Afrika Selatan | 8.273 | 8.29 | 1.70 |
Sumber: Refinitif
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN