
Usai Telkomsel, ISAT & EXCL Siap Masuk di Palapa Ring Timur
Sandi Ferry, CNBC Indonesia
16 October 2019 09:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah baru meresmikan Palapa Ring yang disebut tol langit pada Senin (14/10). Projek ini terbagi menjadi tiga, yakni Palapa Ring Timur, Tengah dan Barat.
Dari ketiganya, yang disebut paling menantang adalah Palapa Ring Timur. Bukan tanpa sebab, sulitnya pembangunan infrastruktur menjadi tantangan. Namun kini, beberapa operator menyatakan siap ambil bagian.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika atau Bakti, Anang Achmad Latif. "Rencananya operator lain akan masuk ke Papua, seperti Indosat [PT Indosat Tbk/ISAT] dan XL [PT XL Axiata Tbk/EXCL]. Mereka sudah bicara ke saya. Kami sudah kumpulkan dan membuat kuesioner buat mereka," sebutnya.
Demi menambah ketertarikan operator, pemerintah juga akan menyiapkan skema gratis saat uji coba. Lewat momen ini, operator bisa menimbang perbaikan yang bisa dilakukan.
"Selama 3 bulan ke depan, Oktober, November dan Desember mereka kita kasih free. Karena bagaimanapun ya namanya jalan tol ada uji coba dulu kan. Nanti setelah 3 bulan kita tetapkan kapan komersialnya," sebut Anang.
Saat ini, operator yang dinyatakan sudah ikut terlibat yakni Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Namun, bukan berarti tanpa rintangan. "Di timur ini Telkomsel berdarah-darah karena harus membiayai sewa satelit yang cukup tinggi khususnya di luar kota Jayapura, Merauke dan Sorong," jelasnya lagi.
Selain masalah sulitnya membangun infrastruktur, namun segmentasi pasar yang sedikit juga menjadi pertimbangan dalam bisnis.
"PR-nya memang untuk kawasan yang masuk kategori tidak layak bisnis, yakni yang melibatkan 10% dari penduduk Indonesia. Persoalannya, yang 10% itu susah, karena terpencil. Karena itulah, pemerintah akan turun tangan bila operator tidak bisa menyelesaikan," katanya.
Ketika semuanya sudah mulai beroperasi, kecepatan internet yang dihasilkan ditargetkan bisa jauh lebih cepat sehingga memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi. "Seperti di Jawa atau Jakarta, kecepatannya hingga sekitar 7 mbps. Karena di sana (Timur) ketika belum ada jaringan Palapa Ring, teks pun nyampenya lama," jelas Anang.
Jika Palapa Ring Timur baru akan beroperasi, beda halnya dengan Palapa Ring Barat yang memiliki panjang 2.275 km dan sudah beroperasi pada Maret 2018, serta Palapa Ring Paket Tengah dengan panjang 2.995 km mulai beroperasi pada bulan Desember 2018.
"Jumlah pengguna Palapa Ring di Barat itu sudah 10 operator. Di tengah pun sudah 10 operator," jelas Anang.
Palapa Ring yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Senin kemarin adalah proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 km, dan kabel di daratan sejauh 21.807 km.
Dari ketiganya, yang disebut paling menantang adalah Palapa Ring Timur. Bukan tanpa sebab, sulitnya pembangunan infrastruktur menjadi tantangan. Namun kini, beberapa operator menyatakan siap ambil bagian.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika atau Bakti, Anang Achmad Latif. "Rencananya operator lain akan masuk ke Papua, seperti Indosat [PT Indosat Tbk/ISAT] dan XL [PT XL Axiata Tbk/EXCL]. Mereka sudah bicara ke saya. Kami sudah kumpulkan dan membuat kuesioner buat mereka," sebutnya.
Demi menambah ketertarikan operator, pemerintah juga akan menyiapkan skema gratis saat uji coba. Lewat momen ini, operator bisa menimbang perbaikan yang bisa dilakukan.
"Selama 3 bulan ke depan, Oktober, November dan Desember mereka kita kasih free. Karena bagaimanapun ya namanya jalan tol ada uji coba dulu kan. Nanti setelah 3 bulan kita tetapkan kapan komersialnya," sebut Anang.
Saat ini, operator yang dinyatakan sudah ikut terlibat yakni Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
![]() |
Namun, bukan berarti tanpa rintangan. "Di timur ini Telkomsel berdarah-darah karena harus membiayai sewa satelit yang cukup tinggi khususnya di luar kota Jayapura, Merauke dan Sorong," jelasnya lagi.
Selain masalah sulitnya membangun infrastruktur, namun segmentasi pasar yang sedikit juga menjadi pertimbangan dalam bisnis.
"PR-nya memang untuk kawasan yang masuk kategori tidak layak bisnis, yakni yang melibatkan 10% dari penduduk Indonesia. Persoalannya, yang 10% itu susah, karena terpencil. Karena itulah, pemerintah akan turun tangan bila operator tidak bisa menyelesaikan," katanya.
Ketika semuanya sudah mulai beroperasi, kecepatan internet yang dihasilkan ditargetkan bisa jauh lebih cepat sehingga memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi. "Seperti di Jawa atau Jakarta, kecepatannya hingga sekitar 7 mbps. Karena di sana (Timur) ketika belum ada jaringan Palapa Ring, teks pun nyampenya lama," jelas Anang.
Jika Palapa Ring Timur baru akan beroperasi, beda halnya dengan Palapa Ring Barat yang memiliki panjang 2.275 km dan sudah beroperasi pada Maret 2018, serta Palapa Ring Paket Tengah dengan panjang 2.995 km mulai beroperasi pada bulan Desember 2018.
"Jumlah pengguna Palapa Ring di Barat itu sudah 10 operator. Di tengah pun sudah 10 operator," jelas Anang.
Palapa Ring yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Senin kemarin adalah proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 km, dan kabel di daratan sejauh 21.807 km.
(tas) Next Article Konsolidasi Memanas, Tren Koreksi Indosat Tertahan
Most Popular