Kemesraan AS-China Ternoda, Yuan Mager Lawan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 October 2019 19:26
Kurs yuan China tidak banyak bergerak melawan rupiah pada perdagangan Selasa (15/10/19), setelah menguat cukup tajam Senin kemarin.
Foto: Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs yuan China tidak banyak bergerak melawan rupiah pada perdagangan Selasa (15/10/19), setelah menguat cukup tajam Senin kemarin.

Yuan hanya menguat 0,03% ke level Rp 1.999,41, di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang yang juga disebut renminbi ini hanya bergerak di rentang Rp 1.997,77-2.001,93, sementara Senin kemarin menguat 0,34% dan mencapai level terkuat sejak 26 Agustus.

Hubungan China dengan Amerika Serikat (AS) yang merenggang membuat yuan gagal mengulangi performa kemarin, padahal rupiah sedang loyo akibat rilis neraca perdagangan RI yang defisit. Pada Jumat (11/10/19) pekan lalu, AS-China sedang mesra-mesranya setelah tercapai kesepakatan dagang, meski masih belum ada hitam di atas putih.

Presiden AS, Donald Trump, bersama Wakil Perdana Menteri China, Liu He, pada Jumat pekan lalu di Washington mengumumkan jika perundingan kedua negara berhasil mencapai kata sepakat, dan akan dilakukan dalam beberapa fase. Menurut Trump "kesepakatan fase satu yang sangat substansial" sudah dicapai, sebagaimana dilansir CNBC International.

Trump menambahkan "fase dua akan dimulai segera" setelah fase pertama ditandatangani.

Namun, Senin kemarin CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin adanya perundingan tambahan sebelum menandatangani kesepakatan fase pertama. Tiongkok ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya berlaku pada Desember.

Selain itu, media di China juga belum memberitakan kesepakatan pada Jumat pekan lalu dengan "nada" yang berbeda. Media pemerintah China menyebut capaian tersebut sebagai "kemajuan yang substansial" serta tidak mempertegas adanya rencana pembelian produk pertanian AS, mengutip CNBC International.

Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Namun Mnuchin cukup optimistis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.

Akibat pemberitaan tersebut, muncul keraguan di pasar jika kedua negara pada akhirnya akan menandatangani kesepakatan dagang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular