
Vale Siapkan Rp 70 T Bareng Partner Luar, Buat Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng perusahaan asal Jepang dan China untuk kerja sama dalam pengembangan smelter (pabrik pemurnian) nikel di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 70 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Besaran nilai investasi jumbo itu masih didiskusikan antara kedua belah pihak untuk memperhitungkan porsi investasi masing-masing perusahaan.
Deputi Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan dana investasi yang disiapkan tersebut akan digunakan mengembangkan dua smelter baru, dan pengembangan satu smelter yang sudah ada.
Dua smelter yang akan dikembangkan yakni di Bahodopi, Morowali (Sulawesi Tengah) dan Pomalaa, di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
"Jadi ini kami ber-partner, jadi bukan Vale semuanya [investasi]. Kami fokuskan untuk ekspansi. Di Bohodopi nanti ada mining dan smelter-nya, di Pomalaa juga ada smelter dan tambangnya," kata Febriany di sela-sela Forum Bisnis Indonesia Amerika Latin dan Karibia (Indonesia-Latin American and the Caribbean/lNA-LAC), di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Untuk smelter di Pomalaa, perseroan memperkirakan butuh dana investasi US$ 2,5 miliar (Rp 35 triliun) untuk smelter, dan tambang sekitar US$ 300 juta (Rp 4,2 triliun). Sementara untuk proyek di Bahodopi diproyeksikan membutuhkan investasi US$ 1,6-1,8 miliar (Rp 25 trilliun), sementara untuk tambang sekitar US$ 300 juta.
Adapun untuk ekspansi di proyek yang sudah ada yakni untuk pertambangan Sorowako di Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dengan proyeksi dana investasi US$ 300-400 juta.
"Kami kerjakan ini bersama partner, berapa porsinya masih dibicarakan. Proyeknya sudah ditetapkan, dan skalanya juga sudah. Cuma sekarang masih dinegosiasi dengan partner," katanya.
Hanya saja belum terungkap mitra dari Vale untuk proyek ini.
Dia mengatakan, untuk proyek smelter di Pomalaa tengah dalam tahap negosiasi komersial dan pendanaan alternatif, serta perizinan.
"Harapan kami izin bisa segera dapat. Sekarang masih Amdal di KLHK [Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan]. Mereka sangat menolong, meski beberapa kali ada revisi. Nanti setelah Amdal kami bisa ajukan izin yang lain, sehingga revisi terakhir ini semoga tidak ada perubahan sehingga bisa finalisasi," paparnya.
Sementara untuk proyek Bahodopi, saat ini Vale masih belum bisa mengumumkan mitra dan masih fokus pada finalisasi negosiasi.
![]() |
"Kalau negosiasi sudah deal, kan nanti masih harus ada izinnya mudah-mudahan kalau lancar. Jadi bisa tahun depan juga sama kayak Pomalaa," katanya.
Dalam kesempatan Wakil Menteri Luar Negeri RI, Abdurrachman M. Fachir, mengatakan Vale memang mendapatkan komitmen investasi dari salah satu perusahaan Brazil, untuk 5 tahun ke depan sebesar US$ 5 miliar. Komitmen investasi diungkapkan disela Forum Bisnis Indonesia Amerika Latin dan Karibia.
Selain untuk Vale, dari forum bisnis ini juga akan menghasilkan nilai perdagangan senilai US$ 20 juta.
Selama ini, kata Fachir, kerja sama dengan negara-negara Amerika Latin belum terlalu banyak karena masalah jarak, dan tingginya tarif untuk masuk ke Indonesia sekitar 35%.
Terkait dengan Vale, pada 11 Oktober lalu, perseroan bersama dengan para pemegang saham Vale yaitu Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM), dan Mining Industry Indonesia (MIND ID) menandatangani Perjanjian Pendahuluan untuk mengambilalih 20% saham divestasi Vale kepada peserta Indonesia.
MIND ID merupakan brand baru yang resmi diperkenalkan untuk holding BUMN pertambangan yang sebelumnya bernama PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum.
Divestasi 20% saham Vale Indonesia merupakan kewajiban dari amandemen Kontrak Karya (KK) di tahun 2014 antara Vale Indonesia dan pemerintah yang harus dilaksanakan 5 tahun setelah amandemen tersebut.
Langkah MIND ID caplok 20% saham Vale
(tas) Next Article MIND ID Siap Beli 20% Saham Vale, Berapa Valuasinya?
