Moody's Sematkan Peringkat Ba1 untuk Anak Usaha Adaro

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 October 2019 16:06
Peringkat utang 'Ba(1)' tidak masuk dalam kategori layak investasi karena masih terpapar resiko kredit yang substansial.
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat utang global, Moody's Investor Service (Moody's) memberikan peringkat utang 'Ba1' kepada PT Adaro Indonesia (AI) yang merupakan anak usaha dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Moody's juga memberikan peringkat yang sama pada surat utang senior global yang akan diterbitkan AI dengan ADRO sebagai penjamin surat utang tersebut.

Sebagai informasi, peringkat utang 'Ba(1)' tidak masuk dalam kategori layak investasi karena masih terpapar resiko kredit yang substansial.

Dalam riset Moody's yang dirilis hari ini (15/10/2019), pemberian peringkat tersebut mencerminkan kualitas kredit induk usaha, mengingat hubungan operasional yang kuat antara AI dan ADRO.

Hal tersebut mempertimbangkan fakta bahwa 88,5% kepemilikan saham AI dipegang oleh ADRO, perusahaan memperoleh mandaat dari operasi terintegrasi secara vertikal dengan induk perusahaan dan ADRO tercatat menjamin semua utang yang dimiliki oleh AI.

Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody's, Maisam Hasnain, menyebutkan bahwa Adaro Energy dan Adaro Indonesia saling bergantung satu sama lain karena AI menyumbang pasokan batu bara yang cukup besar.

"Kualitas kredit Adaro Energy didukung oleh AI yang merupakan anak perusahaan utama dan produsen batu bara dengan lokasi tunggal terbesar di belahan bumi selatan, dengan cadangan batu bara termal yang besar, biaya operasi yang rendah, dan profitabilitas yang solid melalui siklus harga batu bara," ujar Hasnain.

"Pada saat yang sama, kualitas kredit Adaro Energy terkendala oleh diversifikasi operasional dan geografis yang terbatas, membuat grup (perusahaan) bergantung pada penjualan batu bara termal untuk mendorong mayoritas pendapatan selama beberapa tahun ke depan," tambah Hasnain.

Akan tetapi, Moody's sejatinya menganalisa ADRO telah mengambil langkah diversifikasi pendapatan yang tercermin dari dua proyek pembangkit listrik yang akan dibangun pada akhir tahun 2019 dan 2020.

Selain itu Adaro Energy juga telah membeli 35% porsi kepemilikan saham Tambang Batu Bara Kestrel yang merupakan produsen batu bara metalurgi Australia pada tahun 2018.

Sementara itu, dikarenakan distribusi dividen dari entitas perusahaan cenderung minimal selama 2-3 tahun ke depan, maka Moody's memproyeksi pemasukan ADRO masih berpangku pada tambang batu bara termal di Kalimantan Selatan. Hal ini mengakibatkan tingkat resiko operasional dan konsentrasi geografis yang tinggi.

Lebih lanjut, peringkat 'Ba1' juga mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) AI yang akan berakhir pada Oktober 2022 dapat diperpanjang. Namun, resiko regulasi tetap cukup tinggi karena informasi yang terbatas dari Pemerintah Indonesia tentang proses perpanjangan.

Selain itu peringkat juga mempertimbangkan ADRO berpeluang terpapar resiko lingkungan dari negara-negara yang menargetkan pengurangan emisi karbon, resiko sosial terkait industri pertambangan, dan resiko tata kelola perusahaan diakibatkan oleh konsentrasi pada pemegang saham utama yang memiliki 64% saham perusahaan.

Di lain pihak, Moody's memberikan prospek stabil kepada perusahaan atas ekspektasi bahwa ADRO akan secara efektif menjalankan strategi pertumbuhan sambil terus mematuhi kebijakan keuangan perusahaan yang konservatif.

Peringkat utang ADRO dapat nak jika perusahaan mampu meningkatkan profil bisnisnya melalui diversifikasi produk dan geografis, sambil tetap menerapkan kebijakan yang konservatif.

Sedangkan peringkat dapat diturunkan jika mengalami gangguan operasional atau fundamental yang menekan arus kas, gagal memperpanjang IUP, resiko penyimpangan kebijakan keuangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Buyback Rp 4 T, Saham ADRO Melonjak Nyaris 10%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular