
Internasional
Benarkah Ekonomi Dunia Menuju Resesi Pertama Sejak 2009?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 October 2019 07:35

Meski begitu banyak kekhawatiran menghantui, namun masih ada banyak alasan untuk tidak khawatir. Di antaranya adalah:
Amerika Serikat
Sebuah model yang dibuat oleh Bloomberg Economics memperhitungkan risiko resesi AS tahun depan hanya 25%, dan jika ekonomi terbesar dunia itu bisa tetap tumbuh, maka akan bisa menjadi penawar bagi ekonomi negara lain. Beberapa pakar juga memproyeksikan risiko resesi akan lebih rendah daripada sebelumnya untuk AS. Itu berarti ekonomi dapat melampaui 1,5%. Selain itu, ekonomi AS diperkirakan akan tetap kuat meski perdagangan global terpukul.
Konsumsi tetap tinggi
Konsumen Amerika tetap menjadi pilar pertumbuhan. Selain itu, tingkat pengangguran juga masih di level terendah dalam lima dekade. Meski pasar tenaga kerja sedikit kurang, namun belanja rumah tangga masih tinggi. Conference Board minggu ini melaporkan bahwa indeks kepercayaan konsumen globalnya tetap mendekati rekor tertinggi.
Kebijakan Bank Sentral
The Fed telah memangkas suku bunga dua kali tahun ini dan dapat melakukannya lagi bulan ini, sementara ECB telah mendorong suku bunga simpanan lebih jauh di bawah nol dan meluncurkan kembali program pembelian obligasi. Bank of Japan juga mempertimbangkan untuk melakukan lebih banyak stimulus. Bank sentral lain di India, Australia, Korea Selatan, Afrika Selatan dan Brasil juga berencana melakukan lebih banyak pelonggaran.
China
China mungkin tidak begitu meningkatkan stimulusnya karena khawatir akan meningkatkan tingkat utang. Tetapi, keputusan itu masih bisa berubah jika diperlukan. Negara ini sudah memangkas jumlah kas bank yang harus disimpan dalam cadangan ke level terendah sejak 2007. Pengeluaran infrastruktur oleh pemerintah daerah juga diperkirakan akan meningkat lebih tinggi dan investasi negara juga demikian.
Ekses terkendali
Perlambatan sebelumnya terjadi karena koreksi ekses seperti kenaikan inflasi pada 1980-an, pecahnya gelembung teknologi di AS pada awal abad ini atau runtuhnya sektor perumahan dalam satu dekade kemudian. Kali ini, inflasi umumnya lemah dan meski harga saham naik, kenaikannya bisa dibilang tidak berada di wilayah yang mengkhawatirkan. Meskipun harga rumah di Kanada dan Selandia Baru tinggi, namun rumah tangga di banyak negara telah mengurangi leverage.
(sef/sef)
Amerika Serikat
Sebuah model yang dibuat oleh Bloomberg Economics memperhitungkan risiko resesi AS tahun depan hanya 25%, dan jika ekonomi terbesar dunia itu bisa tetap tumbuh, maka akan bisa menjadi penawar bagi ekonomi negara lain. Beberapa pakar juga memproyeksikan risiko resesi akan lebih rendah daripada sebelumnya untuk AS. Itu berarti ekonomi dapat melampaui 1,5%. Selain itu, ekonomi AS diperkirakan akan tetap kuat meski perdagangan global terpukul.
Konsumen Amerika tetap menjadi pilar pertumbuhan. Selain itu, tingkat pengangguran juga masih di level terendah dalam lima dekade. Meski pasar tenaga kerja sedikit kurang, namun belanja rumah tangga masih tinggi. Conference Board minggu ini melaporkan bahwa indeks kepercayaan konsumen globalnya tetap mendekati rekor tertinggi.
Kebijakan Bank Sentral
The Fed telah memangkas suku bunga dua kali tahun ini dan dapat melakukannya lagi bulan ini, sementara ECB telah mendorong suku bunga simpanan lebih jauh di bawah nol dan meluncurkan kembali program pembelian obligasi. Bank of Japan juga mempertimbangkan untuk melakukan lebih banyak stimulus. Bank sentral lain di India, Australia, Korea Selatan, Afrika Selatan dan Brasil juga berencana melakukan lebih banyak pelonggaran.
China
China mungkin tidak begitu meningkatkan stimulusnya karena khawatir akan meningkatkan tingkat utang. Tetapi, keputusan itu masih bisa berubah jika diperlukan. Negara ini sudah memangkas jumlah kas bank yang harus disimpan dalam cadangan ke level terendah sejak 2007. Pengeluaran infrastruktur oleh pemerintah daerah juga diperkirakan akan meningkat lebih tinggi dan investasi negara juga demikian.
Ekses terkendali
Perlambatan sebelumnya terjadi karena koreksi ekses seperti kenaikan inflasi pada 1980-an, pecahnya gelembung teknologi di AS pada awal abad ini atau runtuhnya sektor perumahan dalam satu dekade kemudian. Kali ini, inflasi umumnya lemah dan meski harga saham naik, kenaikannya bisa dibilang tidak berada di wilayah yang mengkhawatirkan. Meskipun harga rumah di Kanada dan Selandia Baru tinggi, namun rumah tangga di banyak negara telah mengurangi leverage.
(sef/sef)
Pages
Most Popular