
Internasional
Benarkah Ekonomi Dunia Menuju Resesi Pertama Sejak 2009?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 October 2019 07:35

Pertumbuhan laba terhenti
Pertumbuhan laba global terhenti pada kuartal kedua, menekan kepercayaan bisnis dan menyebabkan pemotongan dalam pengeluaran modal di seluruh dunia. Di balik tekanan pendapatan, terjadi kenaikan upah pekerja, pertumbuhan produktivitas loyo, dan kurangnya daya harga secara umum. Bahayanya adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang mendapat lebih sedikit laba, bisa mengurangi pekerja mereka, mengganggu kepercayaan konsumen dan melakukan penghematan.
Bank Sentral terjepit
Kebijakan moneter mungkin lebih longgar saar ini daripada di awal tahun. Tetapi, bank sentral masih dianggap kekurangan amunisi dan dalam beberapa kasus mungkin terlalu lambat dalam bertindak. Bank sentral AS Federal Reserve telah memangkas suku bunga acuannya sekitar 500 basis poin, pelonggaran pertama sejak awal 1990-an. Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan juga sudah menetapkan suku bunga negatif dan sedang mempertimbangkan langkah ke depannya.
Pemerintah yang goyah
Berbagai lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF), mendesak pemerintah untuk melonggarkan anggaran. Tetapi, tanda-tanda menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan reaktif bukan proaktif. Meskipun Morgan Stanley memperkirakan defisit fiskal primer telah meningkat menjadi 3,5% dari produk domestik bruto (PDB) di negara-negara besar, dari 2,4% tahun lalu, namun lembaga itu melihat peningkatannya hanya menjadi 3,6% tahun depan. Beberapa pemerintah telah membelanjakan lebih banyak, tetapi China dan Jerman, yang sama-sama memiliki ruang untuk menyuntikkan lebih banyak stimulus fiskal, justru menahan diri. Sementara Jepang baru saja menaikkan pajak penjualannya.
(sef/sef)
Pertumbuhan laba global terhenti pada kuartal kedua, menekan kepercayaan bisnis dan menyebabkan pemotongan dalam pengeluaran modal di seluruh dunia. Di balik tekanan pendapatan, terjadi kenaikan upah pekerja, pertumbuhan produktivitas loyo, dan kurangnya daya harga secara umum. Bahayanya adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang mendapat lebih sedikit laba, bisa mengurangi pekerja mereka, mengganggu kepercayaan konsumen dan melakukan penghematan.
Bank Sentral terjepit
Pemerintah yang goyah
Berbagai lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF), mendesak pemerintah untuk melonggarkan anggaran. Tetapi, tanda-tanda menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan reaktif bukan proaktif. Meskipun Morgan Stanley memperkirakan defisit fiskal primer telah meningkat menjadi 3,5% dari produk domestik bruto (PDB) di negara-negara besar, dari 2,4% tahun lalu, namun lembaga itu melihat peningkatannya hanya menjadi 3,6% tahun depan. Beberapa pemerintah telah membelanjakan lebih banyak, tetapi China dan Jerman, yang sama-sama memiliki ruang untuk menyuntikkan lebih banyak stimulus fiskal, justru menahan diri. Sementara Jepang baru saja menaikkan pajak penjualannya.
BERLANJUT KE 4 >>>>>
(sef/sef)
Next Page
Alasan Untuk Tidak Perlu Khawatir
Pages
Most Popular