Sisa Ekspektasi Positif Damai Dagang Masih Angkat Pasar SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 October 2019 19:25
Harga obligasi rupiah pemerintah naik di tengah sisa optimisme pelaku pasar terkait suksesnya perundingan damai dagang AS-China.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah naik signifikan di tengah sisa optimisme pelaku pasar terkait dengan suksesnya perundingan damai dagang fase pertama Amerika Serikat (AS)-China akhir pekan lalu.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lainnya. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4,3 basis poin (bps) menjadi 7,21%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 14 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 11 Okt'19 (%)

Yield 14 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 14 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.683

6.65

-3.30

6.5981

FR0078

10 tahun

7.255

7.212

-4.30

7.1915

FR0068

15 tahun

7.701

7.666

-3.50

7.5955

FR0079

20 tahun

7.879

7.847

-3.20

7.8086

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,48 poin (0,18%) menjadi 263,3 dari posisi akhir pekan lalu 262,82.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 547 bps, menyempit dari akhir pekan lalu 552 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,734% dari posisi akhir pekan lalu 1,732%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 12 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 11 Okt'19 (%)

Yield 14 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.687

1.687

3 bulan-5 tahun

13.1

UST 2020

2 Tahun

1.598

1.598

2 tahun-5 tahun

4.2

UST 2021

3 Tahun

1.568

1.568

3 tahun-5 tahun

1.2

UST 2023

5 Tahun

1.556

1.556

3 bulan-10 tahun

-4.7

UST 2028

10 Tahun

1.734

1.734

2 tahun-10 tahun

-13.6

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.033 triliun SBN, atau 38,46% dari total beredar Rp 2.687 triliun berdasarkan data kemarin, 10 Oktober.

Nilai kepemilikan tersebut kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dan menyalip rekor nilai kepemilikan asing sebelumnya yaitu pada 9 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 140,57 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,04 triliun dan sejak awal bulan sudah surplus Rp 4,43 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,35%, sedangkan rupiah terkoreksi 0,08%. Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Di negara-negara Eropa, mayoritas harganya berbalik naik setelah sebelumnya tertekan signifikan beberapa hari di akhir pekan lalu sehingga yield mayoritas obligasi negara Benua Biru tersebut turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 11 Okt'19 (%)

Yield 14 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.83

6.7

-13.00

China

3.173

3.194

2.10

Jerman

-0.438

-0.474

-3.60

Prancis

-0.163

-0.195

-3.20

Inggris

0.708

0.623

-8.50

India

6.728

6.685

-4.30

Jepang

-0.179

-0.18

-0.10

Malaysia

3.409

3.416

0.70

Filipina

4.707

4.702

-0.50

Rusia

6.71

6.68

-3.00

Singapura

1.688

1.698

1.00

Thailand

1.515

1.53

1.50

Amerika Serikat

1.732

1.734

0.20

Afrika Selatan

8.225

8.235

1.00

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular