Duh! Warren Buffett Cairkan Aset, Fund Manager Mulai Was-was

Market - tahir saleh, CNBC Indonesia
14 October 2019 12:52
Pelaku pasar menilai para fund manager atau pengelola dana global saat ini memasang sikap waspada. Foto: Warren Buffett pemilik perusahaan pembangkit listrik terbesar bernama Berkshire Hathaway (REUTERS/Rick Wilking)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar menilai para fund manager atau pengelola dana global saat ini memasang sikap waspada di tengah sentimen negatif potensi resesi yang akan dihadapi Amerika Serikat. Bahkan sikap waspada itu semakin kuat setelah investor global ternama, Warren Buffett, 60% dari portopolio investasinya.

Namun sikap waspada para manajer investasi, tidak berarti mengindikasikan sudah terjadi resesi di Negeri Paman Sam.

"Ini sikap waspada para fund manager saja, bukan berarti resesi is coming dalam waktu dekat ini, kata resesi agak jauh [bagi AS]. Apalagi untuk Indonesia," kata Senior Vice President PT Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial, dalam program Power Lunch, CNBC Indonesia, Senin (14/10/2019).


Sebelumnya, CNN melaporkan, Warren Buffett, salah satu investor terkaya di dunia dan dipercaya banyak pengamat kini tengah bertaruh soal kejatuhan pasar modal. Hal ini terlihat dari sejumlah fakta, di mana perusahaannya Berkshire Hathaway yang terdaftar di bursa New York Stock Exchange (NYSE) telah mencairkan hampir 60% dari portopolio investasinya yang dikelola sejak Juni lalu.

Sikap Warren Buffett tentu dianggap tidak biasa oleh pasar.  Buffet tidak pernah membiarkan tumpukan uang tunai hingga US$ 122 miliar (Rp 1.708 triliun) dicairkan begitu saja. Ia biasanya menempatkan uangnya untuk investasi, baik melalui akuisisi, saham, pembelian kembali (buyback) saham.


Pria yang disebut Oracle of Omaha itu pasti memiliki alasan yang tepat atas langkah yang ia lakukan. Di 2008, ia melakukan tindakan serupa dan sukses menyelamatkan uangnya dari krisis yang terjadi di tahun itu.

Foto: Reuters


Uang yang dicairkan ini juga kemudian dipinjamkannya lagi ke perusahaan yang tengah sekarat seperti Goldman Sachs dan General Electric.

Sikap ini juga diperkirakan tengah diambil Buffet saat ini. "Buffet mengukur kesehatan pasar dengan melihat permodalan [di pasar saham] dibandingkan dengan PDB," tulis CNN.

Dengan ini, dia berhasil menghindar dari dot-com bubble alias gelembung spekulasi perusahaan internet yang pernah melanda bursa saham AS di tahun 1990 hingga 2000-an. Kenaikan saham perusahaan yang berlabel dot-com di bursa AS pada saat itu namun tidak sesuai dengan valuasi fundamentalnya, menyebabkan kekacauan di bursa saham.

Lebih lanjut Jansen menegaskan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diprediksi rawan koreksi jika pergerakannya masih di bawah level 6.300 di tengah sentimen negatif yang menyertai pasar modal Indonesia. Sejak awal tahun hingga Senin ini (14/10/2019), IHSG masih minus 1,1%.

Kendati hari ini IHSG sudah positif seiring dengan situasi global yang kondusif, gerak IHSG masih belum aman.

Naiknya IHSG pada hari ini didorong sentimen positif berkat hasil negosiasi dagang antara AS dan China pada pekan lalu yang lancar. "IHSG masih rentan koreksi, apabila IHSG dalam beberapa waktu ke depan masih di bawah 6.300 belum aman," kata Jansen.

Dia mengatakan level batas penahan bawah (support) IHSG yakni 6.090 dan level penahan atas atau resistance di level 6.150.

Artikel Selanjutnya

Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500


(tas/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading