AS-China Mesra IHSG ke Zona Hijau, tapi Tahan Lama kah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 October 2019 09:41
AS-China Mesra IHSG ke Zona Hijau, tapi Tahan Lama kah?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Jumat (11/10/2019), di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,16% ke level 6.033,32. Pada pukul 09:30 WIB, indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah memperlebar penguatannya menjadi 0,66% ke level 6.063,44.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,96%, indeks Shanghai menguat 0,09%, indeks Hang Seng melejit 1,44%, indeks Straits Times terapresiasi 0,53%, dan indeks Kospi bertambah 0,91%.

Perkembangan yang oke dari gelaran negosiasi dagang AS-China menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Untuk diketahui, kemarin (10/10/2019) waktu setempat AS dan China mulai menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington.

Dalam negosiasi tingkat tinggi ini, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Kepala Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ikut berpartisipasi dalam delegasi yang dipimpin oleh Lighthizer.

Pasca negosiasi di hari Kamis selesai digelar, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa negosiasi dengan China berlangsung dengan sangat baik dan dialog akan dilanjutkan pada hari ini. Selain itu, Trump juga diketahui akan bertemu dengan Liu He di Gedung Putih.

Perkembangan tersebut jelas memberikan kelegaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, sebelumnya banyak beredar pemberitaan negatif terkait negosiasi dagang AS-China sehingga membuat pelaku pasar khawatir bahwa perang dagang justru akan tereskalasi pasca negosiasi selesai digelar.

Pemberitaan dari South China Morning Post (SCMP) menyebutkan bahwa AS dan China tak menghasilkan perkembangan apapun kala perbincangan tingkat deputi digelar pada awal pekan ini.

SCMP kemudian menyebut bahwa delelegasi pimpinan Liu He hanya akan menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi dengan delegasi AS selama satu hari dan akan kembali ke Beijing pada hari Kamis.

Masalah transfer teknologi secara paksa yang ditolak untuk dirundingkan oleh pihak China menjadi dasar dari mandeknya perbincangan antar kedua negara, seperti dilaporkan oleh SCMP.

Lebih lanjut, seorang sumber yang terlibat dalam negosiasi dagang AS-China mengatakan kepada CNBC International bahwa jadwal negosiasi dagang tingkat tinggi kini sudah menjadi tidak jelas, dengan negosiasi pada hari Jumat menjadi sebuah pertanyaan.

Menurut sumber tersebut, salah satu skenario yang bisa terjadi adalah Wakil Menteri Keuangan China Liao Min tetap tinggal di Washington guna melanjutkan negosiasi, sementara Liu He bertolak ke China terlebih dulu. Opsi lainnya adalah negosiasi tingkat tinggi diakhiri pada hari Kamis.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Optimistis The Fed Pangkas Bunga Acuan

Rilis data ekonomi AS yang mengecewakan ikut menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin, tingkat inflasi AS periode September 2019 diumumkan di level 0% secara bulanan alias tak ada inflasi. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Dengan inflasi yang masih landai, praktis ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini menjadi membuncah.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan ini berada di level 79,6%. Satu bulan yang lalu, probabilitasnya masih berada di level 53,3%.

Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2019 The Fed selaku bank sentral AS telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli dan September. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 50 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Jika tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Kala roda perekonomian AS berputar dengan lebih kencang, tentulah roda perekonomian dunia juga akan ikut berputar dengan lebih kencang, mengingat posisi AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular