Pasar SUN Boleh Terkoreksi, Tapi Asingnya Rekor Lagi Tuh..

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 October 2019 19:30
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup turun tipis cenderung flat, menjelang pertemuan Amerika Serikat (AS)-China di Washington
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi tipis dan cenderung flat hari ini, menjelang pertemuan Amerika Serikat (AS)-China di Washington. Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Meskipun flat, dana investasi pelaku pasar asing masih deras masuk ke pasar surat utang negara (SUN) sambil mencetak rekor tertinggi baru kemarin, yaitu dengan kepemilikan Rp 1.031,25 triliun. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 10 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 9 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.695

6.684

-1.10

6.6688

FR0078

10 tahun

7.271

7.282

1.10

7.2646

FR0068

15 tahun

7.691

7.707

1.60

7.6924

FR0079

20 tahun

7.861

7.883

2.20

7.8716

Sumber: Refinitiv

 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat tipis. Indeks tersebut naik 0,01 poin (0,001%) menjadi 262,46 dari posisi kemarin 262,45.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 569 bps, melebar dari posisi kemarin 568 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,587% dari posisi kemarin1,585%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun// yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 10 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.705

1.682

3 bulan-5 tahun

28.5

UST 2020

2 Tahun

1.474

1.456

2 tahun-5 tahun

5.9

UST 2021

3 Tahun

1.434

1.415

3 tahun-5 tahun

1.8

UST 2023

5 Tahun

1.409

1.397

3 bulan-10 tahun

9.5

UST 2028

10 Tahun

1.587

1.587

2 tahun-10 tahun

-13.1

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.031,25 triliun SBN, atau 38,66% dari total beredar Rp 2.667,15 triliun berdasarkan data per 9 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 138 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 47 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 1,86 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti pelemahan yang terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,09%, sedangkan rupiah malah menguat 0,14% terhadap dolar AS.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih mengalami koreksi harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.89

6.92

3.00

China

3.119

3.141

2.20

Jerman

-0.554

-0.52

3.40

Prancis

-0.265

-0.23

3.50

Inggris

0.462

0.501

3.90

India

6.655

6.679

2.40

Jepang

-0.208

-0.207

0.10

Malaysia

3.401

3.402

0.10

Filipina

4.679

4.682

0.30

Rusia

6.82

6.72

-10.00

Singapura

1.662

1.656

-0.60

Thailand

1.5

1.515

1.50

Amerika Serikat

1.585

1.587

0.20

Afrika Selatan

8.24

8.22

-2.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular