Analisis

AS-China Batal Damai? Rupiah Tertekan Lagi Lawan Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 October 2019 12:25
AS-China Batal Damai? Rupiah Tertekan Lagi Lawan Dolar AS
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (9/10/19) akibat meredupnya harapan pelaku pasar akan adanya damai dagang antara AS dengan China.

Rupiah langsung melemah 0,07% ke level Rp 14.160/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka, seiring berjalannya waktu tekanan semakin menguat. Sebelum tengah hari, Mata Uang Garuda sudah melemah 0,21% di level Rp 14.180/US$.

CNBC International mengutip South China Morning Post Selasa malam kemarin, mewartakan China menurunkan ekspektasi akan adanya kesepakatan dagang dengan AS. Harian tersebut mengatakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, yang akan memimpin delegasi China tidak mendapat instruksi khusus dari Presiden Xi Jinping.

Selain itu, pada Senin kemarin AS menambah daftar perusahaan yang masuk daftar hitam (blacklist), termasuk di dalamnya perusahaan yang bergerak di bidang artificial intelligence (AI) China. Kementerian Luar Negeri China akhirnya berkomentar "tetap pantau" untuk pembalasan tindakan AS tersebut.



"Entitas yang terimplikasi melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk represi di China berupa penahanan dan pengawasan menggunakan teknologi untuk komunitas Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas muslim lainnya," sebut keterangan Kementerian Perdagangan AS yang mendeskripsikan 28 perusahaan yang masuk daftar hitam.

Dengan masuk daftar hitam, artinya 28 perusahaan tersebut tidak bisa melakukan aktivitas bisnis dengan perusahaan AS

Ketegangan kian meningkat kala AS juga menolak permintaan visa terhadap pejabat China yang diduga terlibat dalam penahanan dan penyiksaan komunitas muslim. China pun tidak terima.



"Masalah #Xinjiang murni urusan dalam negeri kami sehingga pihak luar tidak diperbolehkan mengintervensi. Kami mendesak AS untuk memperbaiki langkahnya dan berhenti mengintervensi urusan dalam negeri China," cuit Kedutaan Besar China untuk AS melalui Twitter.

Perundingan dagang AS-China akan dilangsungkan di Washington 10-11 Oktober, tetapi hubungan kedua negara justru terlihat kembali memanas. Akibatnya harapan akan adanya damai dagang kembali meredup, dan selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar menurun. Rupiah pun terpukul lagi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak dekat level 0, begitu juga dengan Histogram yang juga di dekat level 0. Melihat indikator tersebut, rupiah masih berada dalam fase konsolidasi.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam 
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) tetapi di atas MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dan sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Rupiah bergerak di dekat Rp 14.180/US$ yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Melihat indikator Stochastic yang overbought, selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah memiliki peluang memangkas pelemahan ke level US$ 14.160/US$.

Sementara jika menembus ke ke atas US$ 14.80/US$, rupiah berpeluang melemah ke RP 14.200/US$.
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular