Harga Batu Bara Melesat 1% Lebih, Ini Penyebabnya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 October 2019 12:17
Harga batu bara kembali ditutup menguat pada perdagangan kemarin.
Foto: Tambang batubara Tarrawonga Whitehaven Coal di Boggabri, New South Wales, Australia. (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Setidaknya ada dua sentimen yang mendongkrak kenaikan harga batu bara yaitu kenaikan harga serta hujan deras yang melanda India.

Kemarin, harga batu bara kontrak berjangka di bursa ICE Newcastle (Australia) ditutup naik 1,15% menjadi US$ 70,35/ton. Ini adalah harga tertinggi sejak awal Oktober.



Kenaikan harga batu bara acuan dipicu oleh kenaikan harga gas yang membuat operasional pembangkit listrik menjadi lebih mahal akhirnya beralih ke batu bara. Refinitiv meramalkan produksi listrik Jerman menggunakan batu bara untuk minggu ini meningkat secara week-on-week sebesar 0,5 GWh /jam.

Selama minggu lalu, pembangkit listrik tenaga batu bara seperti yang dilaporkan oleh European Energy Exchange (EEX) adalah 0,58 TWh dibandingkan dengan 0,73 TWh pada minggu sebelumnya. Secara month-to-date Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di Jerman telah menghasilkan rata-rata 4,3GWh/h naik dibandingkan bulan September lalu yang hanya mencapai 3,6 GWh/h.

Konsumsi di Jerman untuk minggu ini diperkirakan meningkat WoW menjadi 62,8 GWh/jam dibandingkan dengan 59,2 GWh/jam untuk minggu sebelumnya. Permintaan gas diperkirakan menurun w-o-w sekitar 3,8 GWh/jam karena harga gas yang lebih tinggi kemungkinan mendorong peningkatan peralihan gas-ke-batubara.

Sentimen lain datang dari India yang diguyur hujan lebat sehingga mengganggu aktivitas operasi tambang batu bara Dipka di India Tengah. Situasi ini kemungkinan akan mendorong permintaan batu bara termal impor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Dihantam Profit Taking, Harga Batu Bara Jeblok 2,15%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular