
Damai Dagang Semakin Tak Jelas, Pasar SUN Kena Imbas
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 October 2019 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi hari ini, Rabu (9/10/2019), di tengah sentimen negatif yang sedang melanda pasar keuangan dunia.
Saat ini, pelaku pasar khawatir terhadap kelanjutan perundingan damai dagang setelah Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya yang justru menambah daftar perusahaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Tiongkok ke dalam daftar hitam perdagangan.
Dalih yang digunakan AS adalah pelanggaran hak azasi muslim Xinjiang. Kebijakan 'ajaib' itu diambil justru menjelang pertemuan kedua negara besok di kandang AS yaitu ibukota Washington DC.
Padahal, pelaku pasar keuangan dunia sedang menantikan pertemuan damai dagang AS besok yang awalnya diharapkan akan positif.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 4,5 basis poin (bps) menjadi 6,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Saat ini, pelaku pasar khawatir terhadap kelanjutan perundingan damai dagang setelah Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya yang justru menambah daftar perusahaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Tiongkok ke dalam daftar hitam perdagangan.
Dalih yang digunakan AS adalah pelanggaran hak azasi muslim Xinjiang. Kebijakan 'ajaib' itu diambil justru menjelang pertemuan kedua negara besok di kandang AS yaitu ibukota Washington DC.
Padahal, pelaku pasar keuangan dunia sedang menantikan pertemuan damai dagang AS besok yang awalnya diharapkan akan positif.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 4,5 basis poin (bps) menjadi 6,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 9 Okt'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 8 Okt'19 (%) | Yield 9 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 8 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.646 | 6.691 | 4.50 | 6.6208 |
FR0078 | 10 tahun | 7.257 | 7.271 | 1.40 | 7.2302 |
FR0068 | 15 tahun | 7.695 | 7.691 | -0.40 | 7.6627 |
FR0079 | 20 tahun | 7.845 | 7.861 | 1.60 | 7.8402 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular