Waduh! 6 Bulan, Saham Emiten Rokok 'Membunuhmu'!

tahir saleh, CNBC Indonesia
09 October 2019 10:48
Harga saham emiten rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam 6 bulan terakhir amblas.
Foto: Ilustrasi Produk Rokok (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam 6 bulan terakhir belum memberikan keuntungan bagi investor pasar modal. Bahkan pada periode itu, saham empat emiten rokok ini amblas cukup signifikan di tengah rencana kenaikan cukai rokok tahun depan.

Data perdagangan BEI mencatat, dalam 6 bulan terakhir hingga Rabu ini (9/10/2019) sesi I pukul 10.30 WIB, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih memberikan kerugian investasi hingga 41% di level harga Rp 49.600/saham.

Padahal saham GGRM sempat menyentuh level tertinggi tahun ini yakni Rp 84.475/saham pada Mei silam.


Secara tahun berjalan atau year to date (ytd), saham GGRM juga amblas 41% dengan catatan aksi jual bersih (net sell) investor asing Rp 1,62 triliun di pasar reguler.

Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga minus dalam 6 bulan terakhir hingga 43% di level Rp 2.140/saham, padahal harga sahamnya sempat di level tinggi Rp 3.810/saham pada April-Mei lalu.

Year to date saham HMSP amblas 42% dengan catatan beli bersih (net buy) asing Rp 465 miliar. Artinya penurunan dalam periode ini lantaran banyak terjadi net sell dari investor domestik dalam merealisasikan keuntungan alias profit taking.

Saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) juga amblas 15,61% di level Rp 346/saham. Year to date saham RMBA ini sebetulnya masih menguat 10% dengan catatan net buy asing Rp 169 juta. Namun kinerja yang merugi dalam beberapa tahun terakhir membuat investor domestik ogah mengambil risiko di saham ini.


Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga anjlok 33,33% dalam 6 bulan terakhir di level Rp 184/saham, kendati year to date sahamnya justru menguat 31%. Asing juga mencatatkan net sell Rp 16,11 miliar kendati di pasar nego asing masuk dengan angka kecil, Rp 13 juta.
 
Kinerja Saham Emiten Rokok, Rabu 9 Oktober 2019

Kode Saham

Sesi I Rabu 9/10

6 Bulan (%)

Ytd (%)

Asing Ytd

GGRM

Rp 49.600 (-0,45%)

-41,15

-41

Net Sell Rp 1,62 T

HMSP

Rp 2.130 (-0,93%)

-43,35

-43%

Net Buy Rp 465 M

RMBA

Rp 346 (-)

-15,61

11

Net Buy Rp 169 J

WIIM

Rp 184 (1,10%)

-33,33

31

Net Sell Rp 16,11 M

Sumber: BEI, data perdagangan sesi I, Rabu 9/10, pukul 10.30 WIB 

Salah satu sentimen yakni kenaikan cukai rokok masih menjadi topik utama yang membuat investor melego saham-saham rokok tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai menggelar rapat tertutup di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/9/2019), mengatakan bahwa tarif cukai rokok tahun depan dinaikkan sebesar 23%, dan harga jual eceran (HJE) naik 35%.

Perlu diketahui bahwa sepanjang 2019 ini, pemerintah memutuskan untuk tak menaikkan tarif cukai rokok sama sekali, sehingga kenaikan cukai rokok yang terbilang besar tahun depan memberikan sentimen negatif bagi saham-saham industri rokok.

Kebijakan kenaikan ini akan dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Bahkan sebelumnya sempat beredar di grup-grup aplikasi pesan singkat WhatsApp terkait daftar harga rokok dari 42 merek setelah cukai naik. Namun informasi tersebut dipastikan hoax alias berita bohong.


Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Muhaimin Moefti mengungkapkan, hingga saat ini belum ada PMK yang menetapkan besaran resmi kenaikan cukai rokok.

"Saya ndak tahu ya. Karena kita kan hanya tahu Bu Menteri mengatakan kenaikan cukainya sekian persen, tapi PMK-nya sampai sekarang belum ada jadi kita ndak tahu," kata Moefti ketika dihubungi detikcom, Kamis (3/10/2019).

Hingga saat ini Gaprindo juga belum mengetahui besaran pasti kenaikan cukai rokok. "Ya nggak tahu, kenaikannya kan belum tahu. Pemerintah hanya menyatakan kenaikannya sekian persen rata-rata, tapi kita kan belum tahu tetapnya berapa persen," tegasnya.

Dalam konferensi pers, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menghitung dampak kenaikan cukai rokok yang dimulai tahun depan terhadap inflasi. Namun, Kepala BPS Suhariyanto tak mau menyebutkan hasil penghitungan BPS. Pasalnya, penghitungan masih belum matang sehingga belum bisa dibagikan kepada masyarakat.

"Sebetulnya BPS punya exercise tapi enggak bisa dikasi keluar karena masih banyak asumsi," ujarnya di gedung BPS, Jakarta, Selasa (1/10/2019).

Namun, ia memastikan bahwa kenaikan cukai rokok akan memberikan dampak kepada inflasi. Karena saat ini, setiap bulannya juga rokok filter telah memberikan sumbangan ke inflasi meski tipis.


(tas/hps) Next Article Cukai Siap Naik 23%, Waspada Emiten Rokok Bisa Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular