
Perang Dagang & Brexit Bikin Gemetar, IHSG Sah ke Zona Merah

Lebih lanjut, perkembangan seputar proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa alias British exit (Brexit) ikut menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia.
Melansir CNBC International, beberapa kantor berita mengabarkan bahwa negosiasi terkait Brexit kini sudah berada di ambang kegagalan. Sky News melaporkan bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengatakan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa kesepakatan Brexit kini “sangatlah tidak mungkin (untuk dicapai)”.
Kemudian, BBC melaporkan bahwa seorang pejabat pemerintahan Inggris telah mengatakan kepada pihaknya bahwa Uni Eropa tidak menunjukkan minat untuk melakukan kompromi sejak Johnson menyerahkan proposal Brexit yang baru pada pekan lalu.
Sebelumnya, Bank of England yang merupakan bank sentral Inggris telah memperingatkan bahwa no-deal Brexit bisa mendorong Inggris jatuh ke jurang resesi.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Inggris tercatat jatuh sebesar 0,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter). Jika di kuartal III-2019 tetap terjadi kontraksi, maka Inggris akan resmi masuk ke jurang resesi.
Mengingat Inggris merupakan satu dari 10 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentulah hantaman bagi perekonomian Inggris akan secara signifikan mempengaruhi laju perekonomian dunia, sekaligus menjadi sentimen negatif bagi bursa saham global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)