
Goldman Sachs: Beli Poundsterling!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 October 2019 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi ternama, Goldman Sachs, menyarankan nasabahnya untuk mengambil posisi beli poundsterling vs dolar Amerika Serikat (AS). Ini berarti Goldman memprediksi ke depannya poundsterling akan terus menguat.
Reuters mewartakan, Goldman memprediksi potensi No-Deal Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun cukup kecil. Mata uang Negeri John Bull diperkirakan bisa menguat hingga ke US$ 1,3.
Pada Senin (8/10/2019) pukul 15:13 WIB, poundsterling berada di US$ 1,2261. Melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Goldman Sachs melihat undang-undang yang menghendaki Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson untuk meminda penundaan deadline Brexit merupakan kabar bagus. Selain itu proposal yang diajukan PM Johnson ke Uni Eropa terlihat menunjukkan peluang lebih besar akan adanya deal kedua belah pihak.
Deadline Brexit saat ini adalah 31 Oktober, meski demikian PM Johnson masih belum menunjukkan keinginan untuk meminta penundaan ke Uni Eropa.
"Peluang terjadinya kesepakatan sebelum 31 Oktober masih di bawah 50%, tapi tekanan bagi poundsterling sudah berkurang dalam sebulan terakhir akibat adanya perubahan posisi Inggris menanggapi beberapa isu, serta langkah Parlemen Inggris yang mencegah terjadinya no-deal Brexit" kata Goldman dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Sebelum rekomendasi beli dari Goldman Sachs, hasil polling Reuters terhadap para analis menunjukkan jika kesepakatan sudah tercapai, poundsterling diprediksi akan melesat ke level US$ 1,27-1,34. Hasil polling terhadap para ekonom juga menunjukkan dalam tiga tahun terakhir secara konsisten mereka yakin deal kedua belah pihak pada akhirnya akan tercapai.
Sebaliknya, jika No-Deal Brexit yang terjadi, poundsterling diprediksi akan mencapai level paritas (GBP 1 = US$ 1) sebagaimana dilansir Reuters yang mengutip dua orang sumber polling.
Median dari hasil polling Reuters tersebut menunjukkan kurs poundsterling dalam satu bulan ke depan akan berada di level US$ 1,22, kemudian menguat ke US$ 1,25 dalam enam bulan ke depan, dan US$ 1,28 dalam satu tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Virus Corona, Ini yang Bikin Poundsterling Jeblok 1,5%
Reuters mewartakan, Goldman memprediksi potensi No-Deal Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun cukup kecil. Mata uang Negeri John Bull diperkirakan bisa menguat hingga ke US$ 1,3.
Pada Senin (8/10/2019) pukul 15:13 WIB, poundsterling berada di US$ 1,2261. Melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Goldman Sachs melihat undang-undang yang menghendaki Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson untuk meminda penundaan deadline Brexit merupakan kabar bagus. Selain itu proposal yang diajukan PM Johnson ke Uni Eropa terlihat menunjukkan peluang lebih besar akan adanya deal kedua belah pihak.
Deadline Brexit saat ini adalah 31 Oktober, meski demikian PM Johnson masih belum menunjukkan keinginan untuk meminta penundaan ke Uni Eropa.
"Peluang terjadinya kesepakatan sebelum 31 Oktober masih di bawah 50%, tapi tekanan bagi poundsterling sudah berkurang dalam sebulan terakhir akibat adanya perubahan posisi Inggris menanggapi beberapa isu, serta langkah Parlemen Inggris yang mencegah terjadinya no-deal Brexit" kata Goldman dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Sebelum rekomendasi beli dari Goldman Sachs, hasil polling Reuters terhadap para analis menunjukkan jika kesepakatan sudah tercapai, poundsterling diprediksi akan melesat ke level US$ 1,27-1,34. Hasil polling terhadap para ekonom juga menunjukkan dalam tiga tahun terakhir secara konsisten mereka yakin deal kedua belah pihak pada akhirnya akan tercapai.
Sebaliknya, jika No-Deal Brexit yang terjadi, poundsterling diprediksi akan mencapai level paritas (GBP 1 = US$ 1) sebagaimana dilansir Reuters yang mengutip dua orang sumber polling.
Median dari hasil polling Reuters tersebut menunjukkan kurs poundsterling dalam satu bulan ke depan akan berada di level US$ 1,22, kemudian menguat ke US$ 1,25 dalam enam bulan ke depan, dan US$ 1,28 dalam satu tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Virus Corona, Ini yang Bikin Poundsterling Jeblok 1,5%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular