Ditopang Rendahnya Inflasi, Pasar Obligasi Indonesia Berkibar

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 October 2019 17:41
Pasar Obligasi Ditopang Rendahnya Inflasi
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Rendahnya angka inflasi menjadi faktor utama yang menopang kinerja pasar obligasi tanah air. Pada pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode September 2019.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27%
secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level 3,39%. Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja secara bulanan.

Sebelumnya untuk periode Agustus, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.

Perkembangan terbaru, di bulan Oktober inflasi tampaknnya masih akan landai. Survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) sampai pekan pertama Oktober 2019 mengungkap bahwa hanya terdapat inflasi sebesar 0,02%.

"Ada kenaikan harga 0,02% sampai pekan pertama. Secara year-on-year 3,13%. Harga tetap terkendali," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jumat (4/10/2019).

Untuk diketahui, inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular